Kisah Fatima Grimm, Salah Satu Wanita Jerman Pertama yang Menjadi Mualaf
Ia memeluk Islam pada 1960 di saat Islam belum ramai dibahas di Jerman.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fatima Grimm adalah salah satu wanita Muslim Jerman pertama yang memeluk Islam. Lahir pada 1934, ia menerima Islam pada 1960 dan saat itu Islam belum ramai dibahas di Jerman.
Dilansir dari About Islam, perjalanan Fatima Grimm mencapai hidayah cukup panjang. Mulai dari perenungan tentang aturan universal yang mengatur manusia, hingga pencarian Tuhan yang menurutnya benar.
"Sebelum saya menerima Islam, saya mencari aturan universal. Menurut saya, aturan harus ada. Aturan yang benar-benar memiliki validitas. Karena saat itu, di akhir tahun 1950-an, tampaknya ada kecenderungan individualisme. Semua orang mengaku telah menemukan kebenaran, setiap orang memiliki norma yang berbeda dan menafsirkan aturan sesuai dengan selera pribadi mereka. Itu membuatku bingung," jelasnya.
"Apakah tidak ada aturan universal? Dan siapa yang bisa menghasilkan aturan universal semacam ini? Seorang filsuf besar? Seorang jenius? Dan berapa lama aturan universal ini berlaku?" tambahnya.
Perenungan akan aturan yang bisa mengatur semua manusia dengan aturan yang benar membawanya akan kebenaran keberadaan Tuhan. Dia telah meyakini ada sebuah kekuatan besar yang memang mengatur manusia dan Dia telah membuat aturan-Nya.
Hanya saja, Fatima kemudian bingung karena di dunia ada berbagai macam agama yang memiliki sembahannya masing-masing. Setiap agama mempercayai Tuhan merekalah yang benar.
"Hatiku ingin menunjukkan rasa terima kasih. Tapi kepada siapa? Siapakah Tuhan? Apakah Dia Allah Bapa yang duduk di atas awan di langit? Atau apakah Dia dewa yang menderita di kayu salib? Atau sosok tersenyum dari Timur Jauh ini? Aku ingin berterima kasih kepada Tuhan. Tetapi hati saya ingin benar-benar yakin tentang Tuhan," ujarnya.
Bertemu dengan Islam...
Bertemu dengan Islam
Pada suatu titik, Fatima jatuh sakit yang membuatnya harus dioperasi. Sakit yang cukup kritis sehingga membuatnya seakan di ambang antara hidup dan mati.
Namun ternyata ia berhasil melewati kondisi itu, sembuh dan kembali normal. Momen ini yang kemudian memantapkan hatinya untuk mencari Tuhan yang benar, setelah sempat kecewa karena pencarian yang menurutnya tidak memuaskan.
Pencarian panjang akhirnya membawa Fatima melihat Islam dan mempelajarinya. Dia mempelajari Tuhan versi Islam yang diyakini dan berdiskusi dengan pemeluk Islam. Suatu langkah yang secara mengejutkan, akhirnya membuat hati dan pikirannya puas.
"Jadi saya membaca Quran. Saya berbicara dengan sangat sedikit Muslim di sekitar saya dan hatiku hanya bisa berkata, ya, itu dia. Itulah kebenarannya. Saya tidak menemukan kontradiksi yang tidak dapat dijembatani, semuanya masuk akal. Dan saat itulah saya mulai merasakan kedamaian batin di dalam hati saya. Itu adalah kemenangan," katanya.
Namun, menjadi Muslim hanyalah langkah pertama. Dan untuk menjaga kedamaian batin itu Fatima menyebut perlu kerja terus menerus, belajar, serta kepercayaan pada Tuhan. Dia menemukan bahwa sangat penting untuk mengikuti aturan yang diberikan Allah kepada manusia, karena hanya dengan mengikuti aturan-Nya, manusia bisa merasakan kedamaian batin.
"Itu termasuk terutama sholat. Bertemu dengan Tuhan kita lima kali setiap hari. Hanya jika kita memiliki kedamaian batin di dalam hati kita, kita dapat mencoba dan keluar. Untuk menyebarkan perdamaian. Namun, kita harus melakukan ini bukan melalui khotbah yang melelahkan. Tapi dengan menjadi contoh yang baik. Dengan menghidupi Islam dalam kehidupan kita sehari-hari," ujarnya.
Menjaga Kedamaian Batin...
Menjaga Kedamaian Batin
Menurut Fatima, jika ingin menjaga kedamaian batin, seseorang harus mendasarkan dirinya pada pengetahuan dan pengakuan yang mendalam akan Tuhan. Dan hal itu bisa diraih dengan kitab suci Allah, Alquran yang menurutnya sumber kedamaian batin yang tak terbatas.
"Membaca dan merenungkan Alquran setiap hari adalah bantuan yang mantap dan andal dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan kita harus selalu menyadari hidup di dunia ini hanyalah sementara. Dengan menyadari hal ini, kita akan terbebas dari ketakutan yang paling sulit di dunia ini. Ketakutan akan kematian," katanya.
Fatima dikenal juga sebagai seorang penerjemah, penulis, dan pembicara Jerman tentang topik Islam. Dia terkenal sebagai mualaf di Jerman dan sebagai fungsionaris di Liga Muslim Jerman di Hamburg. Dia wafat pada Mei 2013.