Pengusaha Hotel Bali Pastikan Prokes Ketat Sambut Wisman Asal China
Kedatangan wisman ke Bali menduduki posisi nomor 2 di dunia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turis asal China untuk pertama kalinya kembali datang ke Indonesia untuk berwisata di Bali meski negaranya tengah menghadapi kasus lonjakan Covid-19. Pengusaha pariwisata menjamin protokol kesehatan yang ketat bagi para wisatawan.
"Kami apresiasi pemerintah China yang sudah membuka pintu bagi warganya untuk ke luar negeri. Namun, kita harus waspada dan antisipasi dan kita pantau dulu. Yang penting siapkan mitigasi," kata Wakil Ketua PHRI Bali, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya kepada Republika.co.id, Senin (23/1/2023).
Pihaknya tak menampik peningkatan kasus Covid-19 yang sedang terjadi di China menjadi isu yang menyedot perhatian. Namun, pintu masuk bandara I Gusti Ngurah Rai Bali sudah memiliki protokol standar dalam memeriksa setiap wisman China yang masuk.
Pada kedatangan perdana Ahad (22/1/2023), sebanyak 210 wisatawan dan 2 balita tiba di Denpasar, Bali melalui penerbangan langsung dari Shenzen, China.
Sejauh ini, Rai menuturkan seluruh wisman dalam kondisi sehat sehingga aman untuk berwisata. "Bila ke depan ada yang suspect, misal suhu tubuh tinggi baru dilakukan sesuai prosedur yang ada," katanya.
Rai menambahkan, pasar wisman China sangat besar. Selain Shenzen ada Beijing, Guangzhou, Xianjing, serta Kunming yang menjadi asal wilayah turis utama China ke Indonesia.
"China negara sangat besar dan potensi pasar wisatawannya sangat luar biasa. Dengan 1,5 miliar penduduk, 20 persen atau sekitar 152 juta warganya suka bepergian ke luar negeri. Industri sudah siap dan memberikan perhatian khusus," katanya.
Ia pun mencatat kedatangan wisman ke Bali menduduki posisi nomor 2 di dunia dengan total kunjungan sebanyak 1,2 juta pada 2019 atau sebelum pandemi. Adapun jumlah total kedatangan wisman ke Indonesia di tahun yang sama sebanyak 2 juta kunjungan.
Mengutip laporan Reuters, sebanyak 80 persen populasi di China telah mengalami penularan Covid-19 selama ini. Dengan begitu, kebangkitan besar-besaran penularan Covid-19 dalam dua hingga tiga bulan ke depan sangat kecil, menurut Kepala Ahli Epidemiologi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyait China, Wu Zunyou.
Pergerakan massal orang selama periode liburan Tahun Baru Imlek yang sedang berlangsung dapat menyebarkan pandemi, meningkatkan infeksi di beberapa daerah, tetapi gelombang Covid-19 kedua diyakini tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Pengamat Pariwisata, Taufan Rahmadi, menilai tak perlu khawatir soal Covid-19 di China. Asalkan, protokol kesehatan yang sudah dijalankan selama ini terhadap warga asing tetap diberlakukan.
"Indonesia jangan khawatir menerima kunjungan wisatawan dari manapun, termasuk China," kata Taufan.
Bahkan, Taufan juga mendorong agar Indonesia bersama Badan Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) untuk bisa mendorong merubah status pandemi menjadi endemi.