Ada Orang Bicara Saat Tidur, Apa Penyebabnya?
Sekitar dua dari tiga orang berbicara saat tidur.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin pernah mengalami sleep talking atau bicara saat tidur. Saat sleep talking, seseorang bisa melontarkan ucapan yang tak masuk akal hingga jenaka. Mengapa ini bisa terjadi?
Bicara saat tidur merupakan sebuah kejadian yang sangat umum. Menurut pakar ilmu tidur Theresa Schnorbach, sekitar dua dari tiga orang berbicara saat tidur. Kondisi ini biasanya tak dianggap sebagai masalah medis.
Bicara saat tidur juga dikenal dengan istilah somniloquy. Somniloquy merupakan salah satu jenis parasomnia atau aktivitas tidur yang abnormal.
"(Bicara saat tidur) biasanya tak berbahaya, tapi bisa berpotensi mengindikasikan adanya gangguan tidur yang signifikan atau masalah jantung," kata Schnorbach, seperti dilansir Mirror, Senin (23/1/2023).
Berbicara saat tidur bisa terjadi ketika seseorang berada dalam fase tidur REM atau non REM. Suara atau percakapan yang terlontar saat sleep talking biasanya dipengaruhi oleh fase-fase tidur tersebut.
"Sleep talking saat tahap awal non REM bisa lebih mudah dipahami, sedangkan pada saat tahap akhir non REM dan tahap REM, sleep talking bisa terdengar seperti erangan atau rintihan," lanjut Schnorbach.
Sebagian ahli menilai, ucapan yang terlontar saat sleep talking berkaitan dengan kejadian terkini dalam hidup orang yang mengalami sleep talking. Namun, ada pula ahli yang beranggapan bahwa ucapan yang terlontar saat sleep talking berkaitan dengan aktivitas mimpi.
Apa penyebab berbicara saat tidur?
Menurut Schnorbach, sleep talking kerap dikaitkan dengan masalah kurang tidur. Akan tetapi, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari sleep talking. Bukan tidak mungkin bila kecenderungan bicara saat tidur juga dipengaruhi oleh gangguan di lingkungan tempat tidur, seperti suhu ruangan kamar atau cahaya di dalam kamar.
Selain kurang tidur, Schnorbach mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami sleep talking. Faktor risiko tersebut adalah stres dan konsumsi alkohol.
"Namun kejadian bicara sambil tidur yang terjadi secara acak dan terisolasi jarang memunculkan masalah," ujar Schnorbach.
Kesehatan mental juga dapat memengaruhi kecenderungan seseorang untuk bicara saat tidur. Menurut Schnorbach, sleep talking lebih banyak terjadi pada orang-orang yang memiliki masalah kesehatan mental. Selain itu, orang-orang dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD) juga lebih rentan untuk mengalami sleep talking.
"Gangguan tidur seperti gangguan perilaku tidur REM (RBD), dan teror tidur, bisa membuat sebagian orang berteriak saat tidur," kata Schnorbach.
Teror tidur atau night terror dikarakteristikkan sebagai teriakkan, geliat, dan tendangan menakutkan yang dilakukan seseorang saat tidur. Schnorbach mengatakan orang yang mengalami teror tidur cenderung sulit untuk dibangunkan.
Kapan perlu mencari bantuan?
Bicara sambil tidur bisa didiagnosis tanpa melakukan tes khusus. Secara umum, masalah sleep talking tak perlu memunculkan kekhawatiran. Akan tetapi, sleep talking yang muncul tiba-tiba di usia dewasa atau disertai dengan rasa cemas, teriakan, dan tindakan kasar perlu didiskusikan dengan dokter.
"Anda mungkin membutuhkan bantuan dari pasangan, teman satu kos, atau anggota keluarga untuk membantu menjawab pertanyaan mengenai berapa lama Anda mengalami bicara saat tidur dan seperti apa bentuknya," ujar Schnorbach.
Orang dengan keluhan sleep talking yang juga mengalami gejala masalah tidur lain biasanya akan diminta untuk merekam aktivitas saat tidur. Alternatif lainnya, mereka bisa diminta untuk menjalani tes seperti studi tidur.