Meski Baru Bebas Sheikh Raed Salah Lantang Kritik Israel: Zionis akan Gagal di Al-Aqsa
Sheikh Raed Salah menyatakan upaya jahat Israel terhadap Al-Aqsa akan gagal
REPUBLIKA.CO.ID, TEL-AVIV – Kepala Gerakan Islam di Israel, Syekh Raed Salah, memberi peringatan akan kondisi terbaru di Al-Aqsa. Serbuan dan serangan Israel berulang kali terhadap Masjid Al-Aqsa adalah bagian dari upaya negara pendudukan menciptakan dan memaksakan kehadiran agama Talmud di tempat ibadah Muslim.
Salah mengatakan Israel tengah berusaha untuk mencapai hal ini. Hal ini tidak hanya melalui serangan berulang di Tempat Suci, tetapi juga dengan menuntut agar tempat itu dibuka untuk pelanggaran salama tujuh hari sepekan, termasuk hari Jumat, bahkan selama bulan suci Ramadhan.
“Semua upaya ini akan berakhir dengan kegagalan, dan Masjid Al-Aqsa akan tetap pada tempatnya dan dengan atmosfer, kehidupan dan kedaulatannya. Selain itu, masjid akan tetap menjadi hak murni Palestina, Arab, Islam," ujar dia dikutip di Middle East Monitor, Rabu (25/1/2023).
Dia mencatat, upaya Israel untuk menyerbu Al-Aqsa bukanlah hal baru. Upaya-upaya dan langkah tersebut telah dimulai Israel pada awal pendudukan 1967.
Masjid Al-Aqsa tengah menjadi sasaran serangan harian oleh pemukim ilegal Yahudi di pagi dan sore hari, kecuali hari Jumat dan Sabtu yang merupakan hari libur resmi di negara pendudukan.
Para pemukim selalu dilindungi oleh tentara atau polisi Israel yang bersenjata lengkap.
Syekh Raed Salah sebelumnya pernah menyampaikan semua tindakan pendudukan Israel dan serangan ke Masjid Al-Aqsa tidak membuktikan mereka memiliki hak atas bagian mana pun dari masjid tersebut.
Masjid Al-Aqsa "diduduki" menurut hukum internasional dan sesuai dengan prinsip Islam, Arab dan Palestina. Dia juga menekankan Israel adalah penghasut peristiwa yang terjadi di masjid tersebut.
"Al-Aqsa terkena kampanye agresi yang berbahaya, dan ada kemungkinan serangan akan berlanjut selama pendudukan berlanjut," katanya.
Lebih lanjut, dia menambahkan semua upaya pendudukan dan pemukim Israel membuat pihaknya lebih yakin bahwa Al-Aqsa adalah hak penuh bagi Islam yang tidak menerima kemitraan, tawar-menawar, pembagian atau negosiasi.
“Pendudukan Israel tidak akan pernah berhasil menerapkan pembagian ruang dan waktu di masjid,” lanjut dia.
Otoritas Israel pada membebaskan ikon Palestina Sheikh Raed Salah setelah 17 bulan dipenjara, pada Desember 2021 lalu.
Salah, pemimpin Gerakan Islam cabang utara di Israel, ditahan pada Agustus 2017 dan didakwa atas kritiknya terhadap pendirian detektor logam di kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem. Dia dijatuhi hukuman 28 bulan penjara oleh pengadilan Israel.
Dia menjalani 11 bulan penjara, setengahnya berada di sel isolasi sebelum dia dipindahkan ke tahanan rumah. Setelah dua tahun di bawah tahanan rumah, pada Agustus 2020, Salah memulai hukuman penjara 17 bulan atas tuduhan penghasutan.
Sebagai pembela hak-hak Palestina yang gigih, Salah telah melakukan sejumlah protes terhadap kebijakan Israel dan berkampanye menentang perluasan permukiman Israel di wilayah pendudukan. Sejak 2015, Israel telah melarang Salah bepergian ke luar negeri karena alasan yang tampaknya terkait dengan "keamanan nasional".
Gerakan Islam di Israel, yang didirikan Salah pada 1971, telah dilarang otoritas Israel sejak 2015. Dalam beberapa tahun terakhir, otoritas yang sama telah berulang kali menangkap Salah dan menutup lusinan organisasi, termasuk sejumlah badan amal, atas tuduhan mereka memiliki hubungan dengan Salah.
Sumber: middleeastmonitor