Alasan Mengapa Doa dan Bacaan Sholat yang Kita Baca Harus Bahasa Arab?
Bacaan sholat merupakan ibadah yang mesti mengikuti sunnah Rasulullah SAW
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Allah SWT telah memerintahkan setiap hamba-Nya yang beriman untuk berdoa. Berdoa menandakan bahwa seorang hamba memiliki banyak kekurangan dan butuh perto longan Allah. Hal ini sekaligus membuat hamba terhindar dari sifat sombong dan takabur.
Ada banyak tuntunan doa dari Rasulullah SAW yang dapat ditemukan dalam banyak hadis. Namun, sering kali orang kesulitan mengingat atau menghafal doa-doa berbahasa Arab sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.
Jika demikian, bolehkah berdoa dengan bahasa lain, semisal dengan bahasa Indonesia? Manakah yang lebih utama?
Dai sekaligus Ketua Pengurus Wilayah Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) DKI Jakarta, Ustadz Rakhmad Zailani Kiki, menjelaskan bahwa doa merupakan ibadah. Karena itu, menurut dia, ibadah tidak lepas dari doa itu sendiri. Seperti sholat yang isinya penuh dengan doa.
Menurut jumhur ulama, lafaz-lafaz doa dalam sholat tidak boleh diganti dengan bahasa lain karena sudah ditentukan. Rasulullah SAW bersabda:
صلوا كما رايتموني اصلى
“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatku sholat.”
Lain halnya dengan doa di luar sholat, menurut Ustadz Kiki, boleh menggunakan bahasa selain bahasa Arab. Kendati demikian, lebih utama berdoa di luar sholat juga menggunakan bahasa Arab.
"Untuk doa di luar ibadah sholat, misalnya berdoa setelah sholat atau doa untuk melakukan aktivitas tertentu dan doa untuk keperluan tertentu, maka lebih utama menggunakan bahasa Arab," kata Ustadz Kiki, sebagaimana dikutip dari Harian Republika.
Dia menjelaskan, di antara alasan keutaman berdoa dengan bahasa Arab adalah sebagai itiba' atau mengikuti sunnah Rasulullah SAW, mengikuti para ulama, dan pewaris nabi yang berdoa dengan menggunakan bahasa Arab.
Sebab, Rasulullah SAW telah memberikan bacaan doa dalam bahasa Arab pada setiap aktivitas harian umat Islam seperti doa bangun tidur, doa makan, doa belajar, doa berpakaian, doa bepergian, dan lainnya.
Selain itu, para ulama pun telah menyusun doa sangat perinci yang bersumber dari Alquran maupun hadis agar para santri dan umat Islam bisa mengikutinya. Bahkan, tak sedikit ulama yang mengumpulkan doa-doa menjadi sebuah kitab seperti al-Adzkar an- Nawawiyah yang ditulis Imam Nawawi.