SMRC: Ridwan Kamil Bisa Gerus Dukungan Prabowo dan Anies di Jabar

Ridwan Kamil bisa menarik suara besar untuk memilih Golkar di Pileg 2024.

Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto (kiri) bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) saat konferensi pers di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Rabu (18/1/2023). Ridwan Kamil atau Kang Emil resmi bergabung dengan Partai Golkar setelah Ketua Umum Airlangga Hartarto menyerahkan kartu tanda anggota (KTA) dan jas warna kuning Partai Golkar.
Rep: Amri Amrullah Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penelitian yang dilakukan tim pakar politik dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan sosok Ridwan Kamil atau RK bisa menghambat atau menggerus dukungan publik pada Prabowo Subianto dan Anies Baswedan di Jawa Barat. Walaupun ia tidak maju bersaing sebagai bakal calon presiden (capres).

"Hal itu terjadi jika Ridwan Kamil maju sebagai calon wakil presiden atau menjadi juru kampanye untuk calon presiden di luar Prabowo dan Anies," kata pendiri SMRC Saiful Mujani saat program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode ”Ridwan Kamil dan Calon Presiden Golkar,” pada Kamis, (26/1/2023).

Saiful Mujani menjelaskan bergabungnya Ridwan Kamil dengan Partai Golkar adalah salah satu pilihan yang masuk akal. Sebab, Golkar adalah partai yang besar. Selain itu, di Jawa Barat, partai ini memiliki sejarah kesuksesan.

Saiful menyebut, ada harapan bergabungnya Ridwan Kamil ke Golkar akan membantu partai tersebut baik dalam pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden. Apakah Ridwan Kamil akan menjadi calon presiden? Menurut dia, ini adalah pertanyaan yang penting.

"Namun dilihat dari pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan, Ridwan Kamil menyatakan bahwa dia tahu diri," kata Saiful.

Tahu diri dalam pengertian ini, menurut Saiful, adalah semua tergantung pada keputusan partai Golkar. Dia akan mengikuti keputusan yang ditetapkan oleh partainya. Saiful menyatakan Partai Golkar dalam sejarahnya selama ini cukup rasional dalam menentukan calon presiden.

Baca Juga


Pada 2014, ketika Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Golkar, dia tidak otomatis menjadi calon presiden walaupun Golkar adalah partai terbesar kedua setelah PDI Perjuangan. Para tokoh Golkar melihat dinamika di lapangan. Tidak mudah waktu itu bagi Aburizal untuk memenangkan pemilihan presiden. Karena itu dia tidak maju. Menurut Saiful, itu adalah keputusan yang rasional.

Pada 2019 juga demikian. Airlangga Hartarto tidak maju sebagai calon presiden tapi bergabung dengan koalisi mendukung Jokowi. Hal ini, menurut Saiful, adalah perhitungan rasional berdasarkan perhitungan di lapangan.

Saiful menjelaskan saat ini Golkar menginginkan Airlangga menjadi calon presiden, namun dinamika di lapangan belum terlihat kuat. Apakah Ridwan Kamil bisa menjadi alternatif untuk menjadi calon presiden Golkar atau setidaknya menjadi calon wakil presiden.

Faktanya pada survei SMRC Desember 2022, dalam simulasi 11 nama, Ridwan Kamil mendapatkan dukungan publik 7,1 persen. Posisi pertama ditempati Ganjar Pranowo dengan 27,3 persen, disusul Anies Baswedan 20 persen, dan Prabowo Subianto 19,8 persen.

Ridwan Kamil berada di posisi keempat. Posisi ini, menurut Saiful, tidak terlalu buruk, tapi juga belum cukup kompetitif. "Yang menarik, menurut Saiful, bahwa para tokoh yang mendapatkan dukungan publik yang lumayan baik memiliki latar belakang gubernur. Ada Ganjar sebagai gubernur Jawa Tengah, Anies mantan gubernur DKI Jakarta, dan Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat," paparnya.

Hanya saja, dalam temuan ini, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indra Parawansa, tidak sekuat tiga nama tersebut. Namun dari data itu Saiful menjelaskan jika dilihat untuk menjadi calon presiden, Ridwan Kamil masih berat.

“Berdasarkan data ini, untuk menjadi calon (presiden) dari Golkar, (Ridwan Kamil) belum meyakinkan,” kata pendiri SMRC tersebut.

Dilihat dari tren setahun terakhir, dari Desember 2021 ke Desember 2022, suara Ridwan Kamil mengalami kenaikan dari 4,2 persen menjadi 7,1 persen. Menurut Saiful, kenaikan ini tidak cukup tajam untuk mendekati suara Ganjar, Anies, dan Prabowo.

Saiful menambahkan bahwa Ridwan Kamil memiliki nilai yang agak khusus karena merupakan Gubernur Jawa Barat yang memiliki jumlah pemilih terbesar di Indonesia, sekitar 17 persen. Karena itu, Saiful melihat Golkar mengajak Ridwan Kamil bergabung.

Harapan Golkar, setidak-tidaknya Ridwan Kamil akan bisa menarik pemilih Jawa Barat yang sangat besar, baik untuk pemilihan legislatif maupun untuk pemilihan presiden. Ridwan Kamil diharapkan menjadi vote-getter atau juru kampanye yang bisa menarik pemilih.

Survei SMRC menunjukkan pada Desember 2021, dukungan pada Prabowo di Jawa Barat sangat tinggi, 34,5 persen, sementara Ganjar hanya 13,8 persen, Anies 16 persen, dan Ridwan Kamil 17,4 persen. Satu tahun kemudian, Desember 2022, suara Prabowo menjadi 20,8 persen, Ganjar, 16,1 persen, Anies 22,5 persen, dan Ridwan Kamil 20,2 persen.

Suara Anies, Prabowo, dan Ridwan Kamil seimbang karena selisihnya tidak signifikan secara statistik. Ini, menurut Saiful, mengindikasikan bahwa di Jawa Barat pemilih terbelah. “Jika tiga tokoh ini bersaing, Prabowo, Anies, maupun Ridwan Kamil tidak bisa menang dominan,” jelas Saiful.

Data ini menunjukkan Jawa Barat tidak solid pada satu tokoh. Ridwan Kamil tidak cukup dominan di Jawa Barat. Jika Prabowo, Anies, Ridwan Kamil, dan Ganjar maju, di Jawa Barat pun Ridwan Kamil tidak bisa menang. Namun Saiful memberi catatan bahwa Ridwan Kamil bisa menghambat suara Prabowo dan Anies di Jawa Barat. “Jawa Barat terpecah (suaranya),” tegas Saiful.

Menurut Saiful, Ridwan Kamil memiliki nilai politik di Jawa Barat, setidaknya masuk tiga besar dalam persaingan Pilpres. Jika Ridwan Kamil, misalnya, berkampanye untuk tokoh lain di luar Prabowo dan Anies, hal itu potensial menggerus suara dua tokoh tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler