Bantu Konsumen Kontrol Asupan Gula, Super Indo Luncurkan Indikator Gula

Sebagian minuman manis bisa mengandung gula hingga puluhan gram per kemasan.

Republika/Adysha Citra Ramadani
Super Indo luncurkan Indikator Gula untuk memudahkan konsumen mengontrol asupan gula dari minuman manis dalam kemasan.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman manis dalam keseharian. Melihat kebiasaan ini, Super Indo menghadirkan Indikator Gula di seluruh gerainya untuk mempermudah masyarakat mengontrol asupan gula dari minuman agar tak berlebih.

Di Indonesia, sebanyak 61,27 persen penduduk berusia tiga tahun ke atas mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali per hari, menurut data Riset Kesehatan Dasar 2018. Dari data yang sama, diketahui ada 30,22 persen penduduk yang mengonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per pekan.

Baca Juga


Hanya 8,51 persen penduduk yang mengonsumsi minuman manis kurang dari tiga kali per bulan. Kebiasaan mengonsumsi minuman manis bisa mempermudah orang-orang untuk mendapatkan asupan gula yang berlebih.

Terlebih, sebagian minuman manis bisa mengandung gula hingga puluhan gram per kemasan. Padahal, batas asupan gula yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 50 gram per hari.

Pakar nutrisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Rimbawan, mengatakan kebiasaan mengonsumsi gula secara berlebih bisa meningkatkan risiko terjadinya obesitas. Ketika obesitas terjadi, beragam risiko penyakit tidak menular juga bisa ikut muncul. Salah satu contohnya adalah diabetes mellitus tipe 2.

"Itu yang buat kita harus aware (waspada) mengenai apa yang kita makan dan minum, penting harus kita perhatikan," jelas Dr Rimbawan di Super Indo BEZ Plaza, Kamis (26/1/2023).

Hal senada juga diungkapkan oleh Presiden Direktur Super Indo, Johan Boeijenga. Johan mengatakan konsumsi gula berlebih telah menjadi permasalahan di banyak negara, termasuk Indonesia.

"Kebanyakan orang mengonsumsi, rata-rata, delapan minuman berbeda setiap hari dan kebanyakan mengandung gula," ujar Johan.

Sebagai peritel, Super Indo tergerak untuk membantu mempermudah para konsumen dalam mengontrol asupan gula mereka dari minuman manis. Hal ini Super Indo wujudkan dengan menghadirkan Indikator Gula untuk minuman kemasan di seluruh gerai Super Indo.

"Hal ini diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku sehingga dan memberikan edukasi terkait batasan konsumsi gula," ujar Johan.

Super Indo luncurkan Indikator Gula untuk memudahkan konsumen mengontrol asupan gula dari minuman manis dalam kemasan. - (Republika/Adysha Citra Ramadani)


General Manager of Corporate Affairs and Sustainability Super Indo, Yuvlinda Susanta, mengatakan Indikator Gula ini merupakan sebuah sistem navigasi kandungan gula yang dipasang di dekat rak-rak minuman kemasan. Indikator Gula ini terdiri dari empat kategori warna yang masing-masing akan menggambarkan kandungan gula dalam suatu minuman kemasan.

Warna kuning menunjukkan bahwa suatu produk minuman kemasan memiliki kandungan gula 0,5 gram atau lebih rendah per 100 ml.

Warna jingga muda menunjukkan bahwa minuman kemasan memiliki kandungan gula 0,5-6 gram per 100 ml.

Warna jingga menunjukkan bahwa minuman kemasan memiliki kandungan gula sebanyak 6-12 gram per 100 ml.

Warna jingga tua menunjukkan bahwa minuman kemasan memiliki kandungan gula lebih dari 12 gram per 100 ml.

Parameter Indikator Gula ini dirumuskan berdasarkan rekomendasi asupan gula harian dari WHO dan Kementerian Kesehatan, serta regulasi Badan Pengawas Obat dan Makanan. Super Indo juga berkonsultasi dengan para ahli dalam merumuskan parameter Indikator Gula tersebut.

Para konsumen bisa melihat warna atau informasi Indikator Gula untuk tiap minuman kemasan pada label harga produk tersebut. Saat ini, Indikator Gula baru diterapkan untuk lima kategori minuman, yaitu jus, minuman siap saji, minuman ringan, tonik, dan air minum dalam kemasan.

"Pada tahap selanjutnya, kami akan memasukkan juga produk-produk dairy (susu dan turunannya) sesuai rekomendasi BPOM, dan dalam waktu dekat kami targetkan adanya sistem navigasi nutrisi pada produk makanan," ujar Yuvlinda.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler