Bio Farma Kembangkan Budi Daya Pisang Lewat Program TJSL

Bio Farma berkomitmen meningkatkan hubungan dengan masyarakat dan lingkungan.

ANTARA/Galih Pradipta/foc.
Direktur Utama PT Bio farma (Persero) Honesti Basyir (tengah) bersiap mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (12/1/2022).
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bio Farma, induk holding BUMN Farmasi yang beranggotakan Kimia Farma dan Indofarma, berkomitmen meningkatkan hubungan dengan masyarakat dan lingkungannya melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Bio Farma mengembangkan program empowerment melalui Program Budi Daya Pisang sebagai salah satu program TJSL kepada masyarakat di desa Mekarasih, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, yang terkena dampak pembangunan waduk jatigede.

Baca Juga


Kehadiran TJSL Bio Farma di desa Mekarsari merupakan salah satu bentuk komitmen untuk  berkontribusi terhadap pengembangan ekonomi dan sosial lingkungan sekitarnya, baik itu masyarakat yang berada di lingkungan internal perusahaan, maupun masyarakat secara umum. Komitmen tersebut diwujudkan dengan meningkatkan kearifan lokal dengan pemanfaatan potensi komoditas pisang lokal yang berkembang di Jatigede.

Direktur Utama Holding BUMN Farmasi, Honesti Basyir, menyampaikan, pembudidayaan pisang mengadopsi sistem produksi vaksin yang ada di Bio Farma. “Program budi daya pisang yang kami terapkan hampir sama dengan program Re-Grass yang diterapkan kepada peternak milenial binaan Bio Farma, yaitu mengadopsi sistem produksi vaksin, yang mana ada master seed dan working seed.

Master seed ini adalah pengumpulan bibit terbaik sehingga menjadi media pembenihan bibit unggul, yang kemudian diperbanyak di area working seed. Di area working seed itu yang nantinya akan dikembangakan menjadi tanaman budi daya pisang bagi masyarakat,” ujar Honesti dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (31/1/2023).

Kepala Divisi TJSL Biofarma, Tjut Vina menyampaikan, perusahaan melihat adanya potensi pertanian yaitu pemanfaatan pisang lokal yang tumbuh dan berkembang baik di Jatigede, namun belum dikembangkan secara maksimal. Vina mengatakan program ini difokuskan kepada cara pertanian terpadu melalui sistem multiple cropping sehingga komoditas pertanian di wilayah Jatigede meningkat secara produktivitas dan kualitas. 

"Permasalahannya, masyarakat di wilayah binaan belum mampu memaksimalkan potensi dari keberlimpahan komoditas tersebut," ucap Vina.

Vina menyampaikan, potensi hasil pisang yang dikelola oleh masyarakat Jatigede walaupun belum menerapkan teknologi budi daya yang standar atau sesuai Good Agriculture Practice (GAP) tetap memberikan hasil panen namun dengan kondisi kualitas yang sangat bervariasi. Beragamnya hasil panen karena memang masyarakat belum sepenuhnya sadar akan penerapan teknologi standar tersebut. 

"Bio Farma memiliki komitmen dalam pengembangan komoditas lokal masyarakat berbasis pemberdayaan masyarakat. Saat ini ada lima kultivar pisang unggul yang dapat dijadikan sumber bibit unggul yaitu kultivar pisang raja bulu, pisang dongdot, pisang roid, pisang kapas, dan pisang kapok," kata Vina.

Vina mengatakan, Bio Farma bersama pemerintah setempat dan menggandeng pakar dari akademisi untuk bersama–sama mengomptimalkan potensi kelompok tani desa Mekarasih Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang sehingga memiliki kemandirian dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada di wilayahnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler