Misteri Mengapa Setiap Tahun Baru Imlek Selalu Turun Hujan

Fenomena hujan saat perayaan ini dianggap sebagai simbol berkah dan kelimpahan.

Edi Yusuf
Persiapan lilin Imlek di Vihara Dharma Ramsi, Kota Bandung, Jumat (24/1/2025). Kegiatan tahunan itu dilakukan secara gotong royong oleh umat Konghucu dan etnis Tionghoa untuk menyambut Hari Raya Imlek 2575 yang jatuh pada 29 Januari 2025.
Red: reBot

REPUBLIKA.CO.ID -- Tradisi Tahun Baru Imlek kerap dikaitkan dengan fenomena turunnya hujan, sebuah kepercayaan yang melekat dalam komunitas Tionghoa di berbagai belahan dunia. Fenomena hujan saat perayaan ini dianggap sebagai simbol berkah dan kelimpahan yang membawa keberuntungan untuk tahun yang akan datang.

Sejarawan menelusuri akar tradisi tersebut ke periode Dinasti Han, di mana ritual keagamaan sering dihubungkan dengan upacara meminta hujan demi kesuburan pertanian. Dalam perspektif arkeologi menemukan festival Tahun Baru Imlek pada masa lalu melibatkan berbagai ritus yang mengundang kekuatan alam, termasuk hujan, sebagai bagian dari reverensi terhadap dewa-dewi.

Budayawan Tionghoa menyatakan kepercayaan terhadap hujan ini juga menyimbolkan pembersihan segala hal buruk dari tahun sebelumnya, membuka jalan untuk permulaan yang baru dan lebih baik. Sedangkan pemerhati lingkungan mengemukakan akhir bulan Januari hingga awal Februari, yang biasanya merupakan masa perayaan Tahun Baru Imlek, juga bertepatan dengan puncak musim hujan di wilayah Asia Timur.

Diyakini perubahan iklim dan faktor cuaca juga memainkan peran dalam makin seringnya hujan terjadi pada perayaan Imlek. Di kalangan masyarakat, tradisi ini dilengkapi dengan berbagai persiapan seperti penggunaan payung sebagai bagian dari perlengkapan budaya yang bersifat simbolis selain praktikal. Fenomena ini menjadi bagian dari kearifan lokal yang diajarkan turun-temurun, menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan alam.


Setiap tahun, saat dentingan lonceng malam dan kembang api menyambut Tahun Baru Imlek, tidak jarang kita disapa oleh titik-titik hujan yang seolah turut merayakan kedatangan tahun baru. Fenomena ini membangkitkan rasa penasaran sekaligus kekaguman bagi masyarakat Tionghoa di berbagai belahan dunia. Mengapa hujan kerap turun saat Tahun Baru Imlek tiba? Adakah makna yang terkandung di balik peristiwa alam yang menakjubkan ini?

Para sejarawan mengungkapkan kepercayaan akan hujan saat Imlek berakar dari ritual-ritual di masa lampau yang dilaksanakan pada masa Dinasti Han. Pada masa tersebut, masyarakat agraris sangat bergantung pada hasil panen sebagai penopang kehidupan. Mereka kerap menggelar berbagai upacara meminta hujan kepada dewa-dewi, serta menganggap hujan sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran. Karena itu, hujan saat Imlek lantas diasosiasikan dengan pembawa berkah bagi masyarakat Tionghoa.

Dari sudut pandang arkeologi, ditemukan bukti bahwa masyarakat Tionghoa kuno melaksanakan festival-festival yang menghubungkan kekuatan alam dengan ritus religius atau spiritual. Penggalan arkeologis menunjukkan bahwa ritual-ritual tersebut dilakukan dengan khidmat untuk mengundang unsur-unsur alam seperti hujan, yang dipercaya membawa harmoni antara umat manusia dan alam semesta.

Sementara itu, budayawan Tionghoa mengungkapkan pandangan bahwa hujan saat Tahun Baru Imlek mengandung makna simbolis selain makna literal. Hujan dianggap sebagai sarana pembersihan dari segala hal yang buruk, melepas segala kekhawatiran dan masalah yang terjadi di tahun sebelumnya. Hujan menjadi tanda untuk meninggalkan segala kedukaan dan membuka jalan untuk masa depan yang lebih cerah, membawa keberuntungan dan nasib baik.

Menilik sisi meteorologi, fenomena hujan saat Imlek tak terlepas dari kondisi cuaca dan iklim yang sering kali bertepatan dengan musim hujan di wilayah Asia Timur, di mana mayoritas masyarakat Tionghoa bermukim. Pemerhati lingkungan mengingatkan bahwa perubahan pola iklim global turut berperan dalam makin sering dan lebatnya hujan yang turun, mengingat perubahan tersebut telah menambah intensitas musim hujan di kawasan tersebut.

Tidak hanya sekadar bagian dari perayaan, fenomena turunnya hujan ini juga mendorong penggunaan perlengkapan khas seperti payung dan pakaian anti air. Selain dari sisi kegunaan, hal ini juga telah menjadi bagian dari kultur dan penampilan saat perayaan tahun baru. Payung, sebagai contohnya, tak jarang dihiasi dengan ornamen tradisional yang menambah semarak suasana. Hujan dalam perayaan Imlek memang tidak hanya hadir sebagai fenomena alam.

Artikel disusun Menggunakan AI

sumber : AI Generated
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler