Ada 'Tsunami' di Era Digital, Cari Kerja Makin Susah?

Anak muda dihadapkan dengan tantangan tsunami di era digital.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah pencari kerja mencari informasi pekerjaan di salah satu stan perusahaan pada Career Expo di Gedung Landmark Bandung, Jalan Braga, Kota Bandung.agar peluang karier terbuka tanpa hambatan, generasi muda harus terus mengembangkan diri dengan meningkatkan kreativitas, independensi dan kedisiplinan tinggi./ilustrasi
Rep: Dian Fath Risalah Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Samsu Sempena mengatakan saat ini generasi muda dihadapkan dengan tantangan tsunami di era digital. Ia mengatakan agar peluang karier terbuka tanpa hambatan, generasi muda harus terus mengembangkan diri dengan meningkatkan kreativitas, independensi dan kedisiplinan tinggi.

Baca Juga


“Banyak sekali alternatif meningkatkan pendapatan untuk para milenial dan Gen-Z di era dunia digital, khususnya yang disebut gig economy ini,” kata Samsu dalam keterangan, Jumat (3/2/2023).

Sayangnya, meski melek teknologi, generasi muda memiliki problem akut, antara lain sikap mudah menyerah, mentalitas instan, serta kesehatan mental yang kerap terganggu. Pilihannya ada dua, yakni mau tenggelam atau berenang.

Untuk itu, generasi muda harus bisa memilah-milah informasi karena waktu terbatas serta menggunakan teknologi dengan bijak di era dunia digital. Generasi muda juga harus mengembangkan diri dengan skill-skill yang dibutuhkan. "Serta mulai bekerja atau membangun usaha sesuai keterampilan dan passion,” ucap Samsu.

Diketahui, disrupsi yang makin sering terjadi, baik karena ekonomi, politik, teknologi, maupun kesehatan akibat pandemi mengubah banyak hal. Di Singapura, tren umur perusahaan semakin pendek, dari semula 40 tahun jadi 10 tahun.

Warganya berganti pekerjaan rata-rata tiap lima tahun. Sementara, dunia kerja Indonesia dihadapkan pada ketimpangan antara output dunia pendidikan dan permintaan dunia industri. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, hanya 10 persen angkatan kerja Indonesia yang pernah ikut pelatihan di luar pendidikan formal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler