Angka Stunting Kota Tangerang Turun Sejak 2018
Angka stunting Kota Tangerang saat ini bahkan di bawah jumlah data provinsi.
REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang, Banten, Decky Priambodo mengatakan, angka stunting mengalami penurunan sejak tahun 2018 hingga kini, bahkan di bawah data provinsi. Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting 2018 yaitu 19,1 persen, lalu tahun 2019 di angka 16,4 persen, tahun 2021 di angka 15,3 persen dan 2022 ini mencapai 11,8 persen.
"Ini masih di bawah angka stunting nasional 21,6 persen dan Provinsi Banten 20 persen," kata Kepala Bapppeda Decky dalam keterangannya di Tangerang, Sabtu (4/2/2023).
Pencapaian ini, kata dia, tak lepas dari peran Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang bersama lintas sektor dalam menangani stunting melalui program-program yang telah berjalan selama ini. "Permasalahan stunting ini tentunya berhubungan dengan beberapa OPD(Organisasi Perangkat Daerah). Penanganan stunting dimulai dari remaja khususnya wanita dalam edukasi terkait anemia, yang terlibat Dinas Pendidikan serta Dinas Kesehatan, dan banyak lagi yang terkait," ujarnya.
Selain itu, Decky menuturkan kemiskinan ekstrem yang terjadi di Kota Tangerang, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ,mengalami penurunan hingga 0,86 persen dari tahun 2021 hingga 2022. Penilaian kemiskinan ekstrem di Kota Tangerang Tahun 2022 dilihat dari konsumsi yang dilakukan seseorang setiap bulanyaitu di bawah Rp322.170 per bulan.
Lalu menurut BPS, tahun 2021 angka kemiskinan ekstrem 1,61 persen dan tahun 2022 mencapai 0,75 persen sehingga mengalami penurunan hingga 0,86 persen. "Dan itu sangat baik dalam menangani kemiskinan ekstrem di Kota Tangerang,? tuturnya.
Dalam menekan angka kemiskinan ekstrem, Pemkot Tangerang yang terus memberikan bantuan melalui program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti pemberian harga pangan murah salah satunya melalui mobil Si Jampang, bantuan bedah rumah tidak layak huni, biaya pendidikan gratis, serta bantuan kesehatan melalui BPJS.
Program yang dibuat ialah bagaimana mempertahankan daya beli masyarakat, seperti melalui bazar pangan murah dan mobil Si Jampang, agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan. Lalu ada juga bantuan bedah rumah tidak layak huni, biaya pendidikan gratis melalui BOS, bantuan tunai, serta bantuan kesehatan melalui BPJS.
"Lalu dari bagaimana meningkatkan pendapatan, seperti mengadakan Job Fair, lalu Program Tangerang Emas dengan pemberian kredit usaha untuk masyarakat yang ingin meningkatkan usaha," pungkasnya.