Survei: Konsumen Bersedia Membayar Lebih Mahal untuk Makanan Halal
94 persen nyatakan pasti atau kemungkinan besar beli produk jika bersertifikat halal
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan Survei SkyQuest, disebutkan konsumen bersedia membayar lebih mahal untuk makanan halal. Hal ini lantaran, mayoritas konsumen mencari produk makanan halal yang otentik dan relevan dengan latar belakang budaya atau kepercayaan mereka. Selain itu, konsumen juga menginginkan produk sehat dan terjangkau.
Pada tahun 2021 pasar makanan halal global dilaporkan mencapai angka 1,977 miliar dolar AS. Diperkirakan pada tahun 2028 akan terus melesat hingga 3,907 miliar dolar AS dengan CAGR 11,25 persen selama enam tahun.
Pertumbuhan ini menarik perhatian SkyQuest, yang baru-baru ini merilis survei tahunannya yang menyelidiki industri tersebut. Survei Industri makanan halal 2021 memberikan analisis mendalam tentang bagaimana pasar makanan halal berubah dan peluang apa saja bagi pasar makanan halal global.
"Pasar makanan halal global diperkirakan akan tumbuh pada tingkat 11,2 persen per tahun hingga 2021, mencapai nilai 128,9 miliar dolar AS pada tahun 2021. UEA memimpin semua wilayah dengan 36 persen pangsa pasar global, diikuti oleh Arab Saudi (21 persen ), Mesir (12 persen), dan Malaysia (5 persen)," dikutip dari Digital Journal, Rabu (8/2/2023).
Oleh karena itu, produsen makanan halal harus memenuhi permintaan tersebut jika ingin sukses di pasar makanan halal. Dalam hal ini, sertifikasi halal memainkan peran penting dalam memenuhi permintaan konsumen akan makanan halal yang otentik.
Sebanyak 94 persen responden mengatakan bahwa mereka pasti atau kemungkinan besar akan membeli produk jika bersertifikat halal, dibandingkan dengan 79 persen yang mengatakan hal yang sama tentang produk halal. Selain itu, 86 persen responden mengatakan, harga bukanlah faktor kritis saat membeli produk halal. Sebanyak 74 persen juga mengatakan hal yang sama tentang makanan halal.