Berperan Bangun Persija Hingga Klub Top Eropa, IGK Manila: Erick Thohir Bukan Orang Baru

IGK Manila menyebut Erick Thohir bukan orang baru dalam sepak bola Indonesia.

Republika/Putra M. Akbar
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) menerima berkas dari panitia usai melakukan pendaftaran calon Ketua Umum PSSI periode 2023-2027 di Kantor PSSI, GBK Arena, Jakarta, Ahad (15/1/2023). Erick Thohir menjadi salah satu kandidat calon Ketua Umum PSSI yang akan dipilih pada Kongres Luar Biasa (KLB) pada 16 Februari 2023.
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mantan manajer Persija Jakarta IGK Manila memastikan Erick Thohir bukan orang baru dalam sepak bola Indonesia. Ia mengakui sudah mengenal Erick Thohir sejak lama saat dirinya menjadi manajer Persija Jakarta tahun 1997 hingga membawa Persija juara di tahun 2001. 

Baca Juga


Pada periode itu, kata Manila, peran Erick Thohir sangat besar atas prestasi yang diraih Persija Jakarta. 

Menurutnya, Erick Thohir merupakan sosok yang lengkap sebagai calon ketua umum PSSI, sebab selain memiliki pengalaman yang panjang di sepak bola Indonesia, Erick juga satu-satunya anak bangsa yang punya pengalaman mengurus sepak bola top Eropa, Inter Milan. 

“Pak Erick Thohir saya kenal betul, semua calon-calon itu saya kenal juga semua tapi kalau sekarang gini aja, sepak bola kita kan jangan tradisional lagi sepak bola Indonesia harus mendunia," kata IGK Manila dalam keterangan persnya, Kamis (9/2/2023).

“Kan sepak bola sekarang ini sudah bisnis besar, tapi bagaimana dia memimpin track record-nya, bagaimana pengalaman dia di sepak bola luar negeri seperti Inter Milan, dalam negeri banyak seperti Persija juga beliau ikut membantu menangani Persija kan," imbuhnya

Dikatakan Manila, saat ini jadi momentum yang tepat bagi sepak bola Indonesia untuk berbenah. Maka, ia pribadi tidak sepakat jika momentum KLB PSSI nanti yang dibahas hanya persoalan uang, bukan gagasan untuk kemajuan sepak bola nasional. 

"Artinya apa, cari pemimpin yang bukan hanya hobi mengurus sepak bola, tetapi berprestasi, sekarang yang menentukan siapa jadi ketua, wakil ketua eksekutif komite itu kan yang punya hak suara. Jadi kalau menurut saya yang penting itu yang punya hak suara, kalau olahraga kayak politik, money politik nggak gerak kita,” ucapnya.

Dikatakan manajer yang sukses mengantar tim nasional Indonesia meraih medali emas sepak bola di SEA Games 1991 ini, para calon harus menjual ide, visi misi kepada voter dan tidak menggunakan politik uang karena cara seperti itu yang merusak sepak bola Indonesia.

“Seharusnya kita jual ide, visi misi saja jangan pakai uang lah, kalau pakai uang kan rusak, artinya begini Indonesia akan dipandang bagus kalau kita berprestasi, kalau berprestasi itu pemimpin yang punya dua hal, pertama nasionalisme tinggi, kedua punya jiwa bisnis gitu lah ya,” ujarnya.

Manila menyatakan, sepak bola saat ini sudah menjadi industri bisnis hingga pemimpin PSSI ke depan tidak hanya karena hobi atau suka dengan sepak bola, tetapi memahami sepak bola dan bisnis. 

Lanjut Manila, pengalaman Erick Thohir dalam mengelola organisasi olah raga sudah terbukti berhasil, tidak hanya di sepak bola, namun dia (Erick Thohir) juga menjadi sosok utama dibalik kemajuan Basket Indonesia. 

Yang lebih menarik lagi, kata Manila, Erick Thohir mampu mengelola manajemen Inter Milan untuk bersaing dengan klub rivalnya AC Milan yang harus bergantian menggunakan stadion yang sama.

“Erick Thohir itu orang olahraga, dia pernah jadi ketua KOI, mengurus basket, memajukan basket kita dari bawah sampai terkenal kan, beliau di luar negeri bagaimana menangani Inter Milan. Saya diundang ke Itali, ke Milan bagaimana melihat dia menangani Inter Milan yang satu stadion sama AC Milan, bergantian begitu, tapi kan maju,” jelasnya.

“Jadi memang orang yang jadi pemimpin itu bukan hanya punya kemampuan mau jadi ketum, tapi bagaimana proses rencana kerja dia, bagaimana membuat struktur yang bagus, bagaimana membuat pelatihan agar kompetisi berjalan bagus,” tambahnya.

Manila juga menepis anggapan pencalonan Erick Thohir ini disebut-sebut sebagai intervensi pemerintah kepada PSSI. Padahal langkah Erick Thohir mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI untuk membenahinya, karena untuk prestasi setingkat ASEAN saja tidak mampu bagaimana mau bersaing di tingkat dunia. 

“Sekarang pemerintah dibilang intervensi, bukan intervensi, pemerintah turun itu karena prestasi kita nggak ada, di multi event kita nggak laku, misalnya SEA games, Asian Games apalagi Olimpiade kita nggak ada namanya apa lagi dunia," ungkapnya

Manila pun menilai dari persoalan yang cukup kompleks dalam sepak bola Indonesia, maka perlu didorong lahirnya pemimpin yang punya pengalaman kerja yang bagus, agar bisa memperoleh prestasi yang bagus pula. 

"Kan olahraga sepak bola itu induknya kan FIFA, itu kalau dia single event kan AFC di Asia, tapi kalau dia multi event dia dibawa IOC, (Asian olympic committee) jadi kita harus prestasinya di sana, dan pemimpin harus punya pengalaman kerja,” paparnya. 

Dalam konteks itu, Manila mendorong agar ketua umum PSSI terpilih nanti harus merombak total PSSI dan memberikan kesempatan kepada anak-anak muda yang paham sepak bola, dan singkirkan orang-orang lama yang tidak mampu menghadirkan prestasi kepada Indonesia. 

"Nah sekarang masalahnya itu siapapun jadi ketua umum, kita tidak berprestasi. Kenapa tidak berprestasi, karena mengurusnya nggak bener, kompetisi nggak jalan ada yang main duit, ada ketua umumnya ditangkap KPK, ini kan bagaimana mengurus bola jadi maling,” bebernya.

“Jadi menurut saya yang lama-lama itu maaf saja sudah berkarat, kasih ke yang muda saja, pemikiran baru, punya visi misi, punya semangat, beri mereka kesempatan untuk membangun sepak bola kita,” tutupnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler