Vlogger Palestina-Israel Sebut Bali Desa Terputih, Ni Luh Djelantik: Pesan Menyesatkan
Ni Luh Djelantik sebut Nas Daily sebut Bali jadi pulau terputih pesan menyesatkan.
REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Vlogger berkebangsaan Palestina-Israel, Nuseir Yassin atau dikenal Nas Daily akhirnya berhasil masuk ke Indonesia. Nas sudah tiba di Bali beberapa hari terakhir dan sudah membuat dua video tentang Indonesia.
Namun demikian, salah satu videonya tentang Bali menyulut kemarahan banyak warganet. Salah satunya pengusaha asal Bali dan mantan ketua DPP Partai Nasdem, Ni Luh Djelantik.
Dalam komentar panjang di unggahan reel Nas, Ni Luh meminta Nas untuk menghargai Bali sebagai pulau di Indonesia. Menurut Ni Luh, unggahan Nas berjudul "Whitest Island in Asia? (Desa Terputih di Asia?)" adalah konten yang salah karena mengkreditkan turis sebagai penghuni Bali dan menyebut Bali adalah desa terputih di Asia.
"Anda memiliki keberanian untuk datang ke pulau kami; mempromosikan Bali dengan pesan yang menyesatkan. Seakan-akan Bali adalah pulaunya orang kulit putih. Jadi mohon juga anda memiliki keberanian untuk menyampaikan pesan saya kepada "Rekan Putih" Anda," kata Ni Luh dalam komentar berbahasa Inggris di unggahan Nas.
Ni Luh meminta Nas mengikuti aturan yang ada jika tengah berlibur ke suatu tempat termasuk Bali. Ni Luh pun menyinggung tentang izin kerja turis asing dan pajak penghasilan bagi mereka yang bekerja di Bali.
"Bali bukan rumahmu. Bali adalah tempat yang memberi Anda RUMAH. Anda datang ke sini sebagai turis; ya silahkan. Anda datang ke sini untuk mencari nafkah; maka silahkan ikuti aturan dan hukum yang berlaku di negara kita. Seperti izin kerja dan pajak atas penghasilan Anda," kata Ni Luh melanjutkan keterangan di unggahannya.
"Kami membuka hati dan pintu besar kami untuk Anda. Kami berterima kasih atas dukungan Anda untuk komunitas kami. Tetapi ketika Anda tidak menghormati aturan, budaya, tradisi, dan orang-orang kami. Mengambil pekerjaan mereka, lalu kau dan aku, kita punya masalah," tambahnya.
Nas Daily mengatakan, alasan dia memberikan label "Desa Terputih di Asia" lantaran melihat banyak turis asing berkulit putih yang berlibur ke Bali. Dari mereka, juga banyak yang tinggal di pulau Dewata itu.
Unggahan berdurasi kurang lebih satu menit memperlihatkan turis berkulit putih menghadapi kemudahan-kemudahan ketika menginjak kaki di Bali. Seperti mendapatkan makanan murah, bebas transportasi, bisa bebas naik motor hingga mendapatkan keramahan dari warga Bali sendiri.
"Desa Terputih di Asia? Saya belum pernah melihat yang kayak gini. Itu tuh seperti setiap turis Barat di dunia datang untuk tinggal di Bali. Kenapa ya? Kayaknya aku menemukan jawabannya hehe," kata keterangan Nas di unggahan di Instagram pribadinya dengan pengikut 3,9 juta orang itu.
Banyak warganet yang setuju dengan Ni Luh tentang kesalahan konten dari Nas. Mereka mengecam pernyataan dan penjelasan kreator itu dalam video tersebut.
Warganet meminta Nas untuk menilik lebih dalam sebelum mengunggah video tentang Bali. Ada juga komentar warga yang kecewa atas keputusan Pemerintah mengizinkan Nas Daily masuk ke Indonesia.
Sebelumnya, pada 2018, Nas Daily tidak diizinkan masuk ke Indonesia karena berkaitan dengan paspor Israel miliknya. Namun imigrasi Indonesia mengatakan, penolakan Nas Daily kala itu dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara dokumen dan tujuan kegiatan saat itu.
Ia pun mengunggah video berisi kekecewaan usai ditolak masuk Indonesia. "Saya tidak tahu kenapa. Saya menduga ini ada kaitannya dengan paspor Israel saya. Meskipun saya adalah muslim Palestina, saya tetap tidak diizinkan masuk (ke Indonesia)," ucap Nas Daily kala itu.
Ia pun berkunjung ke Indonesia menggunakan paspor dari negara kecil di Karibia, yaitu negara Federasi Saint Kitts dan Nevis dengan biaya kurang lebih Rp 2 miliar. Paspor itu digunakannya juga untuk masuk ke Malaysia.
Menurut Subkoordinator Humas Ditjen Imigrasi Achmad Nur Saleh, Nas Daily tidak masuk ke dalam daftar pencegahan sehingga diperbolehkan masuk ke Indonesia.
"Yang bersangkutan tidak masuk ke dalam daftar cegah sehingga tak ada kewenangan imigrasi melarang masuk RI," ujar Achmad kepada Republika pada Jumat (10/2/2023).