Harga Emas Merosot Jelang Rilis Data Inflasi AS

Data inflasi akan memengaruhi kebijakan suku bunga dan imbasnya akan terasa pada emas

inah
Sebuah emas batangan dengan berat 1,93 kilogram berhasil ditemukan di sebuah taman di Mexico City pada 1981 (ilustrasi). Harga emas kembali tergelincir pada akhir perdagangan Senin (Selasa 14/2/2023 pagi WIB), memperpanjang kerugian hari ketiga berturut-turut, karena para pedagang menunggu lebih banyak isyarat tentang ekonomi AS dari data inflasi utama yang akan dirilis hari ini.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas kembali tergelincir pada akhir perdagangan Senin (Selasa 14/2/2023 pagi WIB), memperpanjang kerugian hari ketiga berturut-turut, karena para pedagang menunggu lebih banyak isyarat tentang ekonomi AS dari data inflasi utama yang akan dirilis hari ini.

Baca Juga


Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di Divisi Comex New York Exchange, merosot 11 dolar AS atau 0,59 persen menjadi ditutup pada 1.863,50 dolar AS per ons, setelah diperdagangkan mencapai tingkat tertinggi sesi 1.877,20 dolar AS dan terendah 1.860,80 dolar AS.

Emas berjangka jatuh 4,0 dolar AS atau 0,21 persen menjadi 1.874,50 dolar AS pada Jumat (10/2/2023), setelah jatuh 12,20 dolar AS atau 0,65 persen menjadi 1.878,50 dolar AS pada Kamis (9/2/2023), dan terdongkrak 5,9 dolar AS atau 0,31 persen menjadi 1.890,70 dolar AS pada Rabu (8/2/2023).

Investor menyesuaikan posisi di tengah kegugupan menjelang Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada Selasa waktu setempat, karena gambarannya akan menjadi lebih jelas setelah data inflasi Januari dirilis.

Pembacaan indeks harga konsumen Selasa diperkirakan akan menjelaskan lebih lanjut di mana suku bunga berpotensi mencapai puncaknya di AS. Sementara inflasi diperkirakan akan turun lebih jauh pada Januari dari bulan sebelumnya, namun masih dalam tren di tingkat yang relatif tinggi.

Ekspektasi pasar adalah bahwa Federal Reserve AS akan terus menaikkan suku bunga, mendorong suku bunga di atas 5,0 persen dalam beberapa bulan mendatang, kemudian mempertahankannya hingga setidaknya pada 2024. Beberapa bahkan bertaruh bahwa suku bunga dapat bergerak lebih tinggi hingga 6,0 persen atau lebih.

Kenaikan suku bunga menjadi pertanda buruk bagi emas dan aset-aset lain yang tidak memberikan imbal hasil. Penguatan dolar, yang diuntungkan dari suku bunga yang lebih tinggi, juga membuat logam kuning lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lainnya.

Sementara itu, dolar AS merosot pada perdagangan Senin (13/2/2023) ketika para pelaku pasar menunggu laporan inflasi utama dengan indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,26 persen menjadi 103,3630, memberikan dukungan terhadap emas.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 22,3 sen atau 1,01 persen, menjadi menetap pada 21,852 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman April terangkat 7,60 dolar AS atau 0,8 persen, menjadi ditutup pada 959,40 dolar AS per ons.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler