Jubir Partai Ummat Minta Maaf ke Jurnalis Perempuan Terkait Insiden Pelecehan
Seorang jurnalis melapor ke medianya alami pelecehan di sela Rakernas Partai Ummat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rakernas I Partai Ummat yang berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, dihadiri sampai 1.700 kader dari berbagai daerah. Pada rakernas hari kedua, Selasa (14/2/2023), sempat terjadi pelecehan seksual yang menimpa salah seorang jurnalis perempuan.
Atas kejadian itu, Juru Bicara DPP Partai Ummat, Mustofa Nahrawardaya, menyampaikan permintaan maaf kepada wartawan perempuan dari media daring berinisial D yang sedang bertugas tersebut. Dia turut meminta maaf karena kesulitan mengidentifikasi pelaku.
"Kami sampaikan permohonan maaf setulus-tulusnya kepada jurnalis tersebut karena bagaimanapun kami tidak memiliki perangkat untuk mengenali pelaku," kata Nahra di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
Nahra menuturkan, setelah kejadian korban memang tidak langsung melapor ke panitia acara, melainkan ke redaktur dari tempatnya bekerja. Maka dari itu, sambung dia, panitia baru mendapatkan kabar pelecehan tersebut justru dari redaktur korban.
Terkait masalah itu, Nahra mengaku, sudah menyampaikan permintaan maaf melalui redaktur korban. Dia turut menyampaikan permintaan maaf jika panitia dirasa lalai dalam merespon kejadian yang dihadiri ribuan orang selama tiga hari tersebut.
Meski begitu, ia menceritakan, panitia sudah menemui jurnalis yang menjadi korban pelecehan seksual tersebut dan menyampaikan permintaan maaf secara langsung. Apalagi, insiden tersebut baru pertama kali terjadi. "Kami sudah bertemu dengan jurnalis yang mengaku sebagai korban pelecehan," ujar Nahra.
Dia menerangkan, panitia sendiri menurunkan sekitar 100 orang keamanan untuk bisa menjaga jalannya Rakernas I Partai Ummat. Namun, pada hari kedua kondisi memang sempat ricuh ketika capres dari Koalisi Perubahan, yaitu Anies Rasyid Baswedan, datang.
Pasalnya, ribuan orang yang berada di ruangan berebut untuk bisa berswafoto bersama Anies yang datang menyampaikan visi dan misi tersebut. Maka itu, Nahra mengaku kesulitan mendeteksi pelaku pelecehan dalam kondisi itu. "Sangat sulit terdeteksi oleh tim keamanan, apalagi jurnalis tersebut tidak langsung lapor kepada kami," kata Nahra.