Zona Euro Cenderung Hindari Resesi Kecuali Jerman dan Italia
UE diprediksi tumbuh pada kuartal II 2023 dan mungkin bisa menghindari resesi teknis.
REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Zona euro mungkin akan menghindari risiko resesi, karena data yang dirilis Selasa (14/2/2023) oleh Eurostat menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif pada kuartal keempat tahun lalu.
Tetapi beberapa negara termasuk Jerman dan Italia, yang masing-masing mewakili ekonomi terbesar pertama dan ketiga zona euro, masih menghadapi risiko resesi.
Eurostat, entitas statistik utama Uni Eropa (UE), melaporkan pada Selasa (14/2/2023) bahwa 19 ekonomi zona euro tumbuh sebesar 0,1 persen pada kuartal keempat 2022 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Data tersebut tidak termasuk Kroasia, yang menjadi anggota ke-20 kawasan euro pada awal tahun ini.
Resesi ekonomi didefinisikan sebagai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Ekonomi Eropa diprediksi akan mengalami pertumbuhan pada kuartal kedua tahun ini, mengindikasikan kawasan euro mungkin dapat menghindari resesi teknis. Tapi itu tidak berlaku untuk semua negara. Enam negara zona euro menunjukkan pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal keempat 2022, termasuk Jerman dan Italia, yang pertumbuhannya masing-masing turun 0,2 persen dan 0,1 persen.
Kedua negara itu paling terpukul oleh krisis Ukraina, karena keduanya memiliki ekonomi yang digerakkan oleh ekspor dan sangat bergantung pada gas alam dari Rusia, yang terganggu menyusul sanksi terhadap Rusia.
Dalam tiga bulan terakhir 2022, 27 negara anggota UE melaporkan pertumbuhan rata-rata nol dibandingkan kuartal sebelumnya. Negara-negara di seluruh Eropa menderita inflasi tinggi yang disebabkan oleh lonjakan harga energi tahun lalu.
Data Eurostat menunjukkan bahwa tingkat inflasi untuk zona euro turun kembali menjadi satu digit pada Desember, mencapai 9,2 persen. Untuk UE secara keseluruhan, angka pada Desember adalah 10,4 persen.
Tiga negara Baltik - Estonia, Latvia dan Lituania - di mana pengaruh ekonomi Rusia kuat, melaporkan perkiraan tingkat inflasi tertinggi pada Januari, masing-masing sebesar 18,8 persen, 21,6 persen dan 18,4 persen.