Ekonomi Syariah Indonesia Masih Tertinggal dari Malaysia

Malaysia menempati posisi ketiga dengan aset sebanyak 619,7 miliar dolar AS.

Tahta Aidilla/Republika
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, ekonomi syariah Indonesia masih tertinggal dari Malaysia.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi syariah Indonesia masih tertinggal dari Malaysia. Hal itu berdasarkan data State of Global Islamic Economy (SGIE) 2022.

Baca Juga


Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menyebutkan, dari data itu ekonomi syariah Indonesia berada di posisi ke tujuh, dengan total aset keuangan syariah sebesar 119,5 miliar dolar AS. Sedangkan Malaysia berada di urutan ketiga dengan aset sebanyak 619,7 miliar dolar AS. 

Sedangkan data menyebutkan, Malaysia berada di urutan ketiga dengan aset sebanyak 619,7 miliar dolar AS. Posisi pertama diduduki Iran, asetnya 838,3 miliar dolar AS, lalu di peringkat kedua ada Arab Saudi dengan aset sebesar 826 miliar dolar AS.

"Di dalam negeri alhamdulillah perkembangan keuangan syariah dari tahun ke tahun terus meningkat. Sampai pada posisi akhir 2022, total aset keuangan syariah sudah mencapai Rp 2.375 triliun tumbuh 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Friderica dalam webinar Memperkuat Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah yang digelar OJK Institute, Kamis (16/2/2023).

Ia melanjutkan, total aset di pasar modal sebesar Rp 1.427 triliun namun tidak termasuk saham syariah. Lalu di perbankan sebanyak Rp 802 triliun, serta sebanyak Rp 146 triliun di Industri Keuangan Nonbank (IKNB).

Berikutnya, pangsa pasar atau market share keuangan syariah nasional sebesar 10,69 persen dari total nilai aset keungan Indonesia pada akhir Desember 2022. "Ke depan, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar secara global serta jaringan industri keuangan syariah yang tersebar di seluruh wilayah, Indonesia berpotensi sangat besar menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia," tuturnya.

Literasi masyarakat terhadap keuangan syariah juga meningkat. Dari Hasil survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 OJK, indeks literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia naik dari 8,93 persen pada 2019 menjadi 9,14 persen di 2022. 

Selanjutnya, Indeks inklusi keuangan syariah naik pula dari 9,10 persen di 2019 ke 12,12 persen pada 2022. Tingkat literasi perbankan syariah menjadi yang tertinggi, menembus 8,19 persen pada 2022, sebelumnya hanya 7,92 persen pada 2021.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler