Ukraina: Tak Ada Negara Berkomitmen Pasok Jet Tempur

Ukraina tertarik dengan pesawat tempur dari AS, Inggris, Prancis, dan Jerman.

AP Photo/Antonio Calanni
Jet tempur F16 (ilustrasi). Belum ada satu pun negara yang bersedia mengirimkan atau memasok jet tempur untuk Ukraina.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Belum ada satu pun negara yang bersedia mengirimkan atau memasok jet tempur untuk Ukraina. Setelah mengamankan bantuan tank dari Barat, Kiev segera meminta pasokan jet tempur untuk meningkatkan perlawanannya terhadap Rusia.

Baca Juga


“Sejauh ini tidak ada negara yang berkomitmen untuk memasok jet tempur,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kulebal dalam sebuah wawancara dengan grup media Jerman, Funke, Jumat (17/2/2023).

Kuleba mengungkapkan, negaranya tertarik dengan pesawat tempur dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Jerman. Hal itu karena keempat negara tersebut memiliki kapasitas produksi dan armada terbesar.

Pada Kamis (16/2/2023) lalu, Parlemen Eropa telah menyetujui resolusi yang meminta negara-negara Uni Eropa menyediakan semua senjata yang dibutuhkan Ukraina. Namun belum ada pembicaraan tentang kemungkinan pengiriman jet tempur ke negara bekas Uni Soviet tersebut.

Bulan lalu, Inggris, Jerman, dan AS mengatakan tidak akan mengirimkan jet tempur ke Ukraina. “Tidak,” ujar Presiden AS Joe Biden saat ditanya awak media di Gedung Putih pada 30 Januari lalu tentang apakah AS bakal memasok pesawat F-16 ke Ukraina.

Kendati demikian, Biden mengatakan, dia tetap bakal berdiskusi dengan Ukraina tentang persenjataan yang dibutuhkan negara tersebut. Sehari berselang, yakni pada 31 Januari, giliran Inggris menyampaikan “penolakannya” untuk mengerahkan pesawat tempur mereka ke Ukraina. “Ini adalah peralatan canggih. Kami pikir tidak praktis mengirim jet-jet tersebut ke Ukraina,” ujar seorang juru bicara Downing Street.

Kanselir Jerman Olaf Scholz pun telah menegaskan, negaranya tidak akan mengirim atau memasok jet tempur ke Ukraina. “Saya hanya dapat menyarankan untuk tidak terus-menerus melakukan perang penawaran dalam hal sistem persenjataan. Jika, segera setelah keputusan (tentang tank) dibuat, debat berikutnya dimulai di Jerman, itu tidak terlihat serius dan merusak kepercayaan warga terhadap keputusan pemerintah,” kata Scholz dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Tagesspiegel, 29 Januari lalu.

Pada 25 Januari lalu, Scholz akhirnya menyetujui pengiriman 14 tank Leopard 2 ke Ukraina. Negara-negara Eropa yang memiliki tank buatan Jerman tersebut dan ingin mengerahkannya ke Ukraina juga mendapat restu dari Scholz. Langkah Jerman mengizinkan pengiriman Leopard 2 ke Ukraina terjadi berbarengan dengan keputusan AS mengirim 31 tank M1 Abrams untuk Kiev. Sebelumnya kedua negara tersebut menolak memasok masing-masing dari jenis tank tempur tersebut ke Ukraina.

Setelah mengamankan pasokan tank, Ukraina kemudian menyerukan sekutu Barat untuk mengirimkan jet tempur. “Rintangan besar berikutnya sekarang adalah jet tempur,” kata Yuriy Sak, penasihat Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov, saat diwawancara Reuters, 25 Januari lalu.

Yuriy Sak mengungkapkan, pasokan jet tempur itu dibutuhkan negaranya untuk misi pencegatan dan menyerang posisi Rusia. “Jika kami mendapatkan mereka (jet tempur Barat), keuntungan di medan perang akan sangat besar. Bukan hanya F-16 (jet tempur multiperan AS): pesawat generasi keempat, ini yang kami inginkan,” ucapnya.

Angkatan Udara Ukraina memiliki armada jet tempur era Uni Soviet. Mereka sudah tua dan jauh dibandingkan kekuatan udara Rusia. Sak optimistis, Barat akan bersedia memasok jet tempur untuk negaranya. “Mereka (Barat) tidak ingin memberi kami artileri berat, lalu mereka melakukannya. Mereka tidak ingin memberi kami sistem Himars, lalu mereka melakukannya. Mereka tidak mau memberi kami tank, sekarang mereka memberi kami tank. Selain senjata nuklir, tidak ada yang tersisa yang tidak akan kami dapatkan,” ucap Sak.

Ukraina juga menyampaikan membutuhkan bantuan rudal jarak jauh dari Barat.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler