Belarusia Bentuk Pasukan Sukarelawan Sebanyak 150 Ribu Orang

Setiap orang dan tidak hanya laki-laki harus mampu menangani senjata

AP/Nikolay Petrov/BelTA Pool
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan pada Senin (20/2/2023), telah memerintahkan pembentukan pertahanan teritorial sukarelawan baru. Pasukan yang akan disiapkan sekitar 100 ribu hingga 150 ribu.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan pada Senin (20/2/2023),  telah memerintahkan pembentukan pertahanan teritorial sukarelawan baru. Pasukan yang akan disiapkan sekitar 100 ribu hingga 150 ribu.

"Situasinya tidak mudah. Saya telah mengatakan lebih dari sekali, setiap orang dan tidak hanya laki-laki, setidaknya harus mampu menangani senjata," kata Lukashenko pada pertemuan Dewan Keamanan.

Pembentukan pasukan sukarelawan ini dinilai perlu untuk membuat semua warga mengetahui cara menangani senjata. Mereka pun nantinya siap untuk menanggapi tindakan agresi dan menjaga ketertiban umum di masa damai.

"Setidaknya untuk melindungi keluarganya, jika diperlukan, rumahnya, sebidang tanahnya sendiri dan jika perlu negaranya," ujar Lukashenko.

Lukashenko sering mengatakan pasukannya akan berperang hanya jika Belarusia diserang. Dia juga mengatakan pengalaman di Ukraina membutuhkan pertahanan tambahan. "Jika terjadi tindakan agresi, responsnya akan cepat, keras, dan tepat," kata Lukashenko menekankan sikap barunya.

"Unsur-unsur Perang Dingin, perlombaan senjata dan pemerasan nuklir oleh para pemimpin masing-masing negara Barat telah kembali ke agenda internasional kontemporer," kata Lukashenko.

Sedangkan Menteri Pertahanan Belarusia Viktor Khrenin mengatakan, pasukan pertahanan teritorial akan memiliki 100 ribu-150 ribu sukarelawan atau lebih jika diperlukan. Pembentukan paramiliter idealnya ada di setiap desa dan kota.

Neraca Militer Institut Internasional untuk Studi Strategis 2022 menyatakan, negara ini memiliki tentara profesional sekitar 48 ribu prajurit. Sekitar 12 ribu tentara berada di perbatasan negara.

Lukashenko merupakan penguasa terlama di Eropa yang telah memimpin Belarusia selama 28 tahun. Negara ini bergantung pada Rusia secara politik dan ekonomi dan dukungan Presiden Rusia Vladimir Putin membantunya bertahan dari protes massa pro-demokrasi pada 2020.

Ketergantungan tersebut telah memicu ketakutan di Kiev bahwa Putin akan menekan Lukashenko untuk bergabung dengan serangan darat baru. Tindakan ini akan membuka front baru dalam invasi Rusia ke Ukraina.

Uni Eropa, Amerika Serikat, dan lainnya telah memberlakukan sanksi senilai miliaran dolar terhadap negara bekas Soviet itu atas dukungannya untuk perang Rusia melawan Ukraina. Lukashenko mengizinkan Moskow menggunakan Minsk untuk mengirim pasukan ke Kiev setahun lalu.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler