Fadli Zon Lantik Nurdiati Akma Jadi Ketua Organisasi Bundo Kanduang
Bundo Kanduang yang dipimpin Nurdiati Akma jadi motor untuk perempuan Minang
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fadli Zon Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang atau IKM melantik Nurdiati Akma menjadi Ketua Organisasi Bundo Kanduang. Acara pelantikan pengurus Bundo Kanduang berlangsung di gedung Nusantara V DPD RI Selasa, (21/2/2023) sore. Acara berlangsung cukup meriah dengan memakai adat Minang.
Dalam sambutannya, Fadli Zon menyatakan Bundo Kanduang yang dipimpin oleh Nurdiati Akma menjadi motor untuk perempuan-perempuan Minang. "Bundo Kanduang dapat meluruskan yang salah, dan ingatkan yang keliru. Walau di rantau, perempuan Minang tetap dapat berkarya dan menjadi penggerak. Menjadi ibu dan perempuan Minang. Saya kira punya tugas sangat berat karena menjadi ibu dari adat dan budaya Minang," kata Fadli.
Menurut Fadli, peran strategis itu diharapkan dapat diemban dan dimanifestasikan untuk berbagai bidang sosial, ekonomi keagamaan dan lainnya. Bundo Kanduang ini, lanjut Fadli, dapat meluruskan dan memberikan nasihat yang benar di berbagai hal.
"Kita harapkan Bundo Kanduang dari pusat ini bisa berkembang hingga propinsi, kabupaten dan desa. Sebagai orang Minang kita harusnya bangga karena ternyata dari empat pendiri bangsa ini tiga di antaranya tokoh dari Sumbar, yakni Bung Hatta, Sultan Syahrir dan Tan Malaka," ungkapnya.
Sementara, Nurdiati Akma mengatakan, latar belakang dibentuknya Bundo Kanduang ini karena maraknya berbagai masalah terutama dekadensi moral, seperti maraknya LGBT.
"Pendirian Ormas Bundo Kanduang ini tidak terlepas dari mulai hilangnya adat yang dijunjung tinggi masyarakat Minang. Akibatnya LGBT pun telah ada di sana. Harusnya falsafah Minang itu ada di setiap pengkolan jalan untuk ingatkan betapa mulianya Falsafah dari nenek moyang kita," ujar Nurdiati yang juga mantan anggota DPR RI ini.
Nurdiati mengaku menemui kasus LGBT di Minang dan pesta dengan miras memang fakta yang telah terjadi di sana. "Tugas Bundo Kanduang mencegah semakin marak hal-hal buruk itu dan segera mengaktifkan surau-surau di kampung seperti dulu. Juga segera membuat gedung dakwah Bundo Kanduang," tegas Nurdiati yang usianya sudah 74 tahun ini.
Sedangkan ustad Azmi Datuk Bagindo salah satu tokoh Sumbar yang mengerti sejarah Minangkabau mengaku bangga dengan dilantiknya Bundo Kanduang di gedung rakyat itu. Mungkin inilah ormas pertama yang dilantik di sana.
Pria berusia 71 tahun itu dalam ceramahnya banyak menggunakan pepatah petitih terkait budaya minang yang religius. Tapi yang utama harus dirumuskan dulu Bundo Kanduang seperti apa yang diinginkan. Saran saya " jadikan bundo kanduang ini perpaduan 3 kisah. Yang pertama bundo Kandung berdasarkan cerita legenda, kedua bundo kanduang buatan pemerintah dan ketiga bu ndo kanduang dari kerajaan" tutur penulis kisah Adat adat Minangkabau.
Ustad Azmi menutup ceramahnya dengan pantun ."Rupo elok baso katujuh, muluik manih kucindan murah, urang babudi elok baso, dalam babudi baradat pulo. Artinya Rupa cantik ramah, bicaran dan canda nya enak, berbudi pergaulannya baik, sudah berbudi tahu aturan."