Emil Tekankan Cegah Stunting Mulai dari Calon Pengantin dan Ibu Hamil

Emil meminta pencegahan stunting di Jabar, bukan hanya penanganan kasusnya.

Republika/Bayu Adji P
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil saat memberikan keterangan pers di Kota Tasikmalaya, Jabar, Selasa (21/2/2023).
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menekankan soal upaya pencegahan kasus stunting. Pemerintah daerah di wilayah Provinsi Jabar diminta tidak hanya menangani kasus stunting, tapi juga melakukan upaya-upaya pencegahan.


Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis pada anak. Dalam upaya pencegahan kasus stunting, Gubernur meminta upaya pencegahan sejak dini, dengan menyasar calon pengantin dan ibu hamil.

“Intervensi harus dilakukan dari sejak kehamilan, bahkan sebelum menikah,” kata Gubernur yang akrab disapa Emil itu, saat berkegiatan di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (21/2/2023).

Emil mengatakan, rata-rata angka ibu hamil di wilayah Jabar setiap tahunnya mencapai sekitar 800 ribu orang. Sementara pasangan menikah di Jabar setiap tahunnya mencapai 300 ribu orang.

Menurut Emil, ibu hamil dan pasangan yang hendak menikah harus juga dimasukkan dalam program penanganan stunting. “Untuk (anak) tidak stunting, ibu hamil harus sehat,” ujar Emil.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Jabar pada 2022 sebesar 20,2 persen. Angkanya menurun dibandingkan 2021, yang mencapai 24,5 persen.

Adapun di Kota Tasikmalaya prevalensi balita stunting 22,4 persen. Kota Tasikmalaya masih masuk sepuluh besar prevalensi balita stunting dari 27 kabupaten/kota di Jabar.

Menurut Penjabat (Pj) Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah, upaya penanganan balita stunting bisa lebih mahal ketimbang langkah pencegahan. Meskipun penanganan kasus stunting tetap berjalan, diakui pentingnya melakukan upaya pencegahan.

 

“Memang makin awal kami berikan treatment, maka makin murah. Namun, existing saat ini (di Kota Tasikmalaya) 1.720 anak sudah stunting,” ujar Cheka.

Karena itu, Cheka mengatakan, langkah jangka pendek Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya memastikan anak stunting terbebas dari kondisi itu. Salah satu upanya lewat “One ASN One Stunting”, yang sudah berjalan tiga pekan terakhir.

Lewat program tersebut, Cheka menjelaskan, setiap ASN (aparatur sipil negara) diminta menjadi orang tua asuh balita stunting. Para ASN diminta rutin melakukan pemantauan terhadap anak asuhnya itu setiap pekan.

Seiring dengan itu, menurut Cheka, pemkot akan secara simultan melakukan penanganan ibu hamil. “Treatment ibu hamil sudah ada program, tapi mungkin penganggaran baru turun. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah bisa jalan,” ujar dia.

Cheka mengatakan, Pemkot Tasikmalaya juga berencana melakukan pencegahan  stunting dengan menyasar kalangan remaja dan calon pengantin. Menurut dia, program pencegahan itu bisa dilakukan melalui Kantor Urusan Agama (KUA). “KUA nanti akan cek, kalau anemia anak berpotensi stunting, itu harus ada penanganan agar tidak anemia,” kata Cheka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
 
Berita Terpopuler