Dewan Eksekutif Bank Dunia Bergerak Pilih Presiden Berikutnya
David Malpass secara mengejutkan mundur dari jabatan sebelum waktunya.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan eksekutif Bank Dunia akan merilis kriteria seleksi dan garis waktu untuk memilih presiden baru pada Kamis (23/2/2023) waktu setempat. Ini dilakukan setelah berita mengejutkan pekan lalu bahwa David Malpass akan meninggalkan jabatan puncak jauh sebelum kontraknya berakhir pada April 2024.
Dewan beranggotakan 25 orang itu, di bawah tekanan untuk mereformasi operasinya guna menanggapi perubahan iklim dan tantangan global lainnya secara lebih agresif, bertemu selama beberapa jam pada Rabu (22/2/2023) untuk menuntaskan rinciannya, kata dua sumber yang mengetahui proses tersebut kepada Reuters.
Amerika Serikat, pemegang saham terbesar bank, yang telah mendesak untuk reformasi bank yang lebih ambisius dan lebih cepat, dapat mengumumkan calonnya pada Kamis, kata sumber tersebut. Pejabat keuangan tidak memiliki komentar segera.
Amerika Serikat secara historis telah memilih presiden bank tersebut, tetapi beberapa negara berkembang dan kelompok masyarakat sipil menentang tradisi itu.
Masih belum jelas apakah negara-negara lain akan mencalonkan kandidat mereka sendiri untuk memimpin bank, yang menyediakan dana miliaran dolar per tahun untuk ekonomi berkembang.
Malpass, mantan pejabat Departemen Keuangan AS, dinominasikan oleh mantan Presiden AS Donald Trump, dan tanpa lawan untuk jabatan itu.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen, yang berada di Bengaluru, India untuk pertemuan Kelompok 20 (G20) ekonomi utama, pekan lalu mengatakan Amerika Serikat akan segera mencalonkan seorang kandidat dan menantikan proses nominasi yang transparan, berdasarkan prestasi dan cepat."
Oxfam International dan kelompok masyarakat sipil lainnya bersikeras bahwa proses tersebut harus dibuka bagi lebih banyak kandidat untuk meningkatkan kredibilitas lembaga tersebut, sementara yang lain mengatakan seorang wanita harus memimpin bank untuk pertama kalinya dalam 77 tahun sejarahnya.
Seorang menteri utama di Jerman, salah satu pemegang saham terbesar bank, minggu ini mengatakan kepada Reuters bahwa presiden berikutnya harus seorang wanita, dan menggarisbawahi perlunya lembaga untuk mengatasi perubahan iklim serta memerangi kemiskinan.
Pesaing teratas untuk jabatan itu termasuk Samantha Power, yang saat ini memimpin Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dan menjabat sebagai duta besar AS untuk PBB di bawah Presiden Barack Obama, dan Rajiv Shah, mantan administrator USAID di bawah Obama dan saat ini presiden Rockefeller Foundation, sebuah kelompok filantropis.