Stok Minim! Retail Modern Minta Bulog Perbanyak Pasokan Beras Medium
Total beras yang diimpor sebanyak 500 ribu ton sejak Desember 2022
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Ritel Modern (Aprindo) meminta Perum Bulog untuk memperlancar pendistribusian beras operasi pasar jenis medium di toko retail modern. Sebelumnya, Aprindo telah meneken perjanjian pemasokan beras medium Bulog untuk program Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) hingga akhir 31 Desember 2023.
"Kita berharap (beras) dilancarkan, kita sudah MoU dengan Bulog. Setiap minggu kita evaluasi," kata Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey saat ditemui disela Pertemuan Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia di Balai Sudirman, Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Roy menuturkan, Perum Bulog melalui kantor-kantor wilayah sudah berkolaborasi dengan anggota Aprindo se-Indonesia. Di mana, toko retail akan menerima beras Bulog dalam kemasan lima kilogram dan dijual sebesar Rp 47.250 atau Rp 9.450 per kg sesuai dengan aturan harga eceran tertinggi (HET) Beras.
Meski demikian, Roy memaklumi proses pendistribusian beras Bulog ke retail modern memang membutuhkan waktu. Terutama karena adanya keterbatasan mesin pengemasan, tenaga sehingga dibutuhkan waktu lebih untuk menyiapkan beras kemasan medium di retail.
"Kita sudah ada kordinasi dengan Kelapa Bapanas (Badan Pangan Nasional) di mana Aprindo punya anggota yang kosong biar diutamakan untuk dipasok. Jadi mereka (Bulog) lagi bekerja terus, maksimal. Ini tidak mudah tapi mestinya bisa terurai, masih bisa dapat terurai," ujar Roy.
Diketahui, beras tersebut sebagian besar juga berasal dari impor asal Thailand yang baru masuk. Total beras yang diimpor sebanyak 500 ribu ton sejak Desember 2022 dan baru rampung pada pekan lalu. Selain dari Thailand, Bulog juga mengimpor beras dari Vietnam, Myanmar, dan Pakistan.
Roy menambahkan, beras Bulog yang masuk ke retail modern kebanyakan baru menjamah kota-kota besar terutama wilayah Jabodetabek. Itu karena faktor jarak dan logistik. "(Wilayah) Timur belum, kan lewat kapal. Bersamaan dengan pengiriman itu, bersamaan beras makin habis. Makanya fluktuasi dan harga beras (non Bulog) itu tembus HET karena tidak ada barang. Belum panen raya," kata dia.