Warga Jawa Barat Meninggal Akibat Difteri Belum Vaksinasi

Waraga Jawa Barat yang meninggal karena difteri tidak divaksinasi di usia seharusnya.

Republika/Wihdan Hidayat
Siswa kelas 1 mengikuti imunisasi Difteri Tetanus (DT) saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) Tahap Dua.
Rep: Arie Lukihardianti Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tak hanya di Garut, kasus Difteri ditemukan di sejumlah daerah di Jabar. Menanggapi hal ini, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya sudah menelusuri penyebab meninggalnya warga karena difteri. Hasilnya, ternyata warga yang meninggal itu tak divaksin di usia yang seharusnya.

Baca Juga


"Difteri sudah saya mintakan. Hasil penelusurannya adalah beberapa yang meninggal itu tidak divaksin di usia seharusnya," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, dikutip Senin (27/2/2023).

Emil mengatakan, setelah diteliti lagi ternyata ada faktor tokoh lokal yang mengeluarkan fatwa melarang vaksin. "Diteliti lagi ada faktor tokoh lokal katanya yang mengeluarkan fatwa melarang vaksin. Inilah contoh media wawancara liput bahwa kalau sudah urusan, kesehatan percayakan pada pemerintah," katanya.

Emil mengimbau pada masyarakat agar mempercayai pemerintan untuk urusan kesehatan. Karena, pemerintah melakukan hal itu untuk melindungi nyawa warganya. 

"Ini jadi catatan kita cek lagi zona mana yang belum melakukan vaksin khusus di usia balita," kata Emil.

Sebelumnya, selain di Garut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar) ternyata menerima laporan ada 11 kasus suspek difteri di tujuh kabupaten dan kota yang ada di Jabar. Menurut Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar, Dewi Ambarwati, belasan kasus suspek ini masuk dalam aplikasi pelaporan sepanjang Januari 2023.

Namun, menurut Dewi, kasus difteri yang dilaporkan ini masih berstatus suspek, Dinkes Jabar masih melakukan pendalaman lebih lanjut pada 11 kasus ini. "Ini sudah ada laporan 11 kasus suspek difteri dari kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, KBB, Kota Bogor, dan Kota Sukabumi," ujar Dewi kepada wartawan, Senin.

Menurut Dewi yang dimaksud suspek difteri adalah secara klinis dan fisik dari 11 laporan itu sudah mengarah ke difteri. Tapi, masih menunggu hasil dari laboratorium. Jadi, belum bisa sepenuhnya disebut difteri. Walaupun nanti hasil laboratorium negatif, tapi secara fiisik dan klinisnya mengarah ke difteri berarti maka sudah difteri (terkena). 

"Jadi suspek ini sebenarnya sudah difteri," katanya. 

Dewi mengatakan ada sebanyak tujuh orang warga Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut meninggal dunia diduga terinfeksi virus Difteri. Kasus ini, terjadi dalam rentang waktu selama 6-19 February 2023.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler