Ribuan Penumpang Terdampar di Bandara Kolombia dan Peru

Maskapai penerbangan berbiaya rendah menangguhkan operasinya di Kolombia dan Peru.

Ilustrasi penerbangan. Maskapai penerbangan berbiaya rendah Viva Air yang telah menangguhkan operasinya di Kolombia dan Peru.
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Maskapai penerbangan berbiaya rendah Viva Air yang  telah menangguhkan operasinya di Kolombia dan Peru. Keputusan itu menyebabkan ribuan penumpang terdampar di bandara pada Selasa (28/2/2023).

Baca Juga


Maskapai yang dimiliki oleh grup yang sama dengan pemilik Ryanair ini mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (27/2/2023) malam, bahwa menghentikan penerbangannya setelah penundaan terbaru oleh otoritas Kolombia. Penundaan ini dalam menyetujui permintaan merger maskapai dengan maskapai utama Kolombia Avianca.

Dengan keputusan penangguhan operasi mulai Selasa, puluhan penumpang yang marah memprotes di luar konter Viva di bandara di Bogota dan Medellin. Mereka memblokir akses sebentar ke terminal keberangkatan internasional. Sejumlah kecil penumpang dipindahkan ke penerbangan di maskapai lain.

“Viva adalah maskapai yang tidak tahu malu,” kata Guillermo Noboa, seorang mahasiswa Peru yang telah memesan penerbangan dari Bogota ke Lima pada Senin malam.

Noboa mengatakan, penerbangannya dibatalkan tanpa peringatan dan dia harus tidur di bandara. Dia menyatakan, perwakilan maskapai memberinya formulir untuk mendapatkan pengembalian uang tetapi mengatakan kepadanya bahwa perlu setidaknya delapan hari untuk mendapatkan uangnya kembali.

Karena tidak memiliki uang lebih, Noboa menunggu untuk dipindahkan ke maskapai lain. Dia mengatakan, Viva tidak memberikan dukungan makanan atau akomodasi.

“Saya harus kembali ke Peru untuk mendaftar semester depan dan mendaftar magang. Namun sekarang aku tidak tahu kapan aku bisa kembali ke rumah," ujar Noboa.

Awal bulan ini Viva telah mengandangkan lima pesawatnya dan menangguhkan puluhan penerbangan. Viva mengatakan, telah memberi pemerintah Kolombia banyak bukti tentang situasi keuangannya yang mengerikan dan itu dapat berlanjut hanya jika bergabung dengan maskapai yang lebih besar.

"Tapi keputusan pemerintah Kolombia membahayakan masa depan maskapai penerbangan bertarif rendah di Kolombia dan mengancam pekerjaan 5.000 orang," kata pernyataan maskapai itu.

Viva dan Avianca tahun lalu meminta izin dari otoritas penerbangan Kolombia untuk menggabungkan perusahaannya. Hanya saja, kesepakatan tersebut menghadapi kendala dari regulator pemerintah yang khawatir hal itu dapat membatasi persaingan di pasar penerbangan.

Bulan lalu, Viva menguasai 20 persen pangsa pasar penumpang udara Kolombia.Sementara Avianca menguasai sekitar 40 persen.

Viva didirikan pada 2009 dan menjalankan penerbangan dengan rute ke kota-kota terbesar Kolombia, serta penerbangan ke Peru, Meksiko, Argentina, dan Florida. Sedangkan di Peru, anak perusahaan Viva, Viva Air Peru, juga menjalankan penerbangan domestik ke kota-kota seperti Cuzco.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler