Amerika Jadi Pasar Utama Ekspor dan Impor Bali Sepanjang Januari 2023
Ekspor tertinggi dari Pulau Dewata adalah Australia, Singapura, Prancis, dan Jepang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Hanif Yahya mengatakan, dari data sepanjang Januari 2023 di Bali, negara Amerika Serikat menjadi pasar utama ekspor dan impor Bali.
"Pada Januari 2023, lima besar tujuan ekspor Bali yang pertama terbesar menuju Amerika Serikat, mencapai 12,10 juta dolar Amerika," kata dia di Denpasar, Rabu (1/3/2023).
Meskipun tertinggi, nilai ekspor Bali ke Amerika Serikat disebut menurun, yakni angka penurunan mencapai 18,72 persen dibandingkan Desember 2022. Sementara itu, untuk impor, Amerika Serikat juga menjadi yang terbesar di mana nilai impor ke Bali sebesar 1,85 juta dolar Amerika, turun 7,94 persen dari Desember 2022.
Secara keseluruhan, BPS Bali mencatat ekspor Bali selama Januari 2023 senilai 41,95 juta dolar Amerika. Angka tersebut turun 25,31 persen dari Desember 2023 yang nilainya 56,17 juta dolar Amerika pada saat itu.
"Demikian kalau dibandingkan dengan kondisi Januari 2022 (43,75 juta dolar Amerika), ini menunjukkan penurunan dari nilai ekspor Bali sebesar 4,12 persen," ujar Hanif.
Selain Amerika Serikat, empat negara dengan ekspor tertinggi dari Pulau Dewata adalah Australia dengan 4,29 dolar, Singapura 3,81 dolar, Perancis 2,5 dolar, dan Jepang 1,78 dolar.
Dari kelima negara tujuan terbesar, Hanif mengungkapkan kenaikan nilai ekspor hanya ke negara Perancis, yaitu naik 21,76 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun komoditas terbesar penyumbang nilai ekspor Bali sepanjang Januari 2023 adalah komoditas ikan, krustasea, dan moluska senilai 7,47 juta dolar Amerika.
"Ini mengalami penurunan yang cukup signifikan, turun 53,13 persen dibandingkan Desember 2022," kata Kepala BPS Bali.
Selanjutnya adalah komoditas pakaian dan aksesoris bukan rajutan. Sebagai komoditas ekspor terbesar kedua, komoditas ini memiliki nilai 7,40 juta dolar Amerika, disusul komoditas logam mulia dan perhiasan permata yang mencapai 5,46 juta dolar Amerika.
Komoditas ekspor nomor ketiga terbesar itu disebut naik nilainya sebesar 5,40 persen dan menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan diantara lima komoditas terbesar, dimana yang keempat adalah komoditas kayu dan barang dari kayu dengan nilai ekspor 3,52 juta dolar dan terakhir komoditas perabotan, lampu, dan alat penerangan dengan 2,41 juta dolar Amerika.
"Untuk ekspor biasa di awal tahun itu masih menunjukkan persiapan dari proses barang akan diekspor. Biasa nanti pada pertengahan tahun meningkat lagi, itu satu gerakan musiman biasa, tidak perlu dikhawatirkan," tutur Hanif kepada media.
Sejalan dengan menurunnya ekspor dari Bali, nilai impor saat ini 8,03 juta dolar Amerika, mengalami penurunan dibanding impor pada Desember 2022 yang senilai 8,18 juta dolar Amerika. Namun, jika dibandingkan dengan data BPS Bali periode Januari 2022 terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 280,6 persen.
Selain Amerika Serikat, empat negara lainnya yang menjadi pengimpor produk untuk Bali adalah Tiongkok dengan nilai 1,35 juta dolar, kemudian Hongkong 0,79 juta dolar, Inggris juta 0,67 dolar, dan Australia juta 0,45 dolar.
"Untuk Hongkong dan Inggris terjadi kenaikan nilai impor 0,39 persen dan 391,27 persen," ujar Hanif Yahya.
Untuk lima komoditas impor tertinggi ke Bali dipimpin komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya dengan nilai impor mencapai 1,44 juta dolar Amerika.
"Yang kedua berasal dari komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya dengan nilai 1,35 juta dolar Amerika. Ini tumbuh naik dibandingkan nilai periode sebelumnya," sambungnya.
Untuk komoditas tertinggi ketiga berasal dari komoditas minyak atsiri, wewangian dan kosmetik yang mencapai 0,80 juta dolar Amerika, disusul komoditas logam mulia dan perhiasan permata dengan nilai impor 0,68 juta dolar Amerika.
"Sementara komoditas kelima terbesar adalah instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis di mana Bali mengimpor 0,51 juta dolar Amerika, ini mengalami kenaikan (55,2 persen) jika dibandingkan nilai impor komoditas yang sama di bulan Desember 2022," tutur Hanif.
Dengan itu, BPS Bali mengungkapkan bahwa pada Januari 2023 terjadi surplus neraca perdagangan senilai 33,91 juta dolar Amerika berdasarkan selisih ekspor dan impor pasar Amerika Serikat dan negara lainnya.