Psikiater Ulas Kepribadian Shane, Faktor yang Membuatnya Mau Jadi Kaki Tangan Mario Dandy
Pengacara Shane menyebut kliennya memiliki sifat penurut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus penganiayaan terhadap Cristalino David Ozora (17 tahun) yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo (20) terus bergulir. Sosok yang terlibat menjadi kaki tangan dalam aksi kekerasan itu turut disorot.
Salah satunya adalah Shane Lukas Rotua Pangondian Lumbantoruan (19), teman Mario. Shane ada di lokasi penganiayaan dan merekam penganiayaan yang dilakukan Mario terhadap David. Menurut kuasa hukum Shane, kliennya terlibat dalam aksi itu karena dijanjikan perlindungan oleh Mario.
Selain itu, pengacara mengatakan Shane memiliki sifat yang penurut, karena itulah dia terus mengikuti perintah Mario. Pengacara juga menyebut ada ketergantungan dalam pertemanan.
Shane juga mengaku tertekan setiap bersama Mario karena segan. Padahal, dari segi usia, Shane sudah terbilang dewasa.
Apa kata psikiater mengenai kepribadian Shane? Dokter Lahargo Kembaren SpKJ menjelaskan, setiap orang punya kepribadian masing-masing, yang merupakan keseluruhan dari ciri, sifat, dan karakternya.
Kepribadian turut ditentukan oleh faktor genetik. Ini merupakan turunan dari sifat orang tua.
"Selain itu, pengalaman hidup, tekanan, masalah relasi, perjuangan, dan usaha yang dilakukan seseorang juga akan membentuk pola kepribadian tertentu," kata Lahargo saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (2/3/2023).
Lahargo berpendapat, Shane memiliki salah satu ciri di kategori kepribadian klaster C, yakni kepribadian dependen. Artinya, dia sangat bergantung pada orang lain.
Orang dengan ciri kepribadian itu takut jika orang lain tempatnya bergantung pergi dari dirinya. Bisa jadi, keberadaan sosok tempat dia bergantung itu memberikan sesuatu yang penting bagi kehidupannya.
Entah karena merasa tidak memiliki teman lagi, lebih tenang, terlindungi, atau terpenuhi kebutuhannya. Alhasil, orang dengan kepribadian dependen pun akan menomorduakan kepentingannya sendiri.
Orang seperti itu akan lebih mengutamakan kepentingan dan keinginan orang tempatnya bergantung. Apa yang diinginkan temannya, dia berusaha penuhi.
"Karena dia cemas, khawatir, temannya akan meninggalkan kalau dia tidak melakukan apa yang bikin temannya gembira dan terpuaskan," ucap Kepala instalasi rehabilitasi psikososial RS Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor itu.
Pertemanan Toxic
Pertemanan seperti yang dijalin Dandy dan Shane tentunya tidak sehat. Istilahnya, pertemanan toxic.
Lahargo mengatakan, ciri pertemanan yang tidak sehat sebenarnya bisa diidentifikasi oleh diri sendiri. Remaja bisa merenungkan apakah pola relasi atau pertemanannya "bermasalah".
Misalnya, seseorang memiliki perasaan, sikap, atau perilaku negatif setelah masuk ke sebuah komunitas atau menjalin relasi dengan orang tertentu. Setelah mengidentifikasi, dia harus segera mengambil sikap terhadap pertemanan tersebut.
Caranya, bisa dengan menetapkan batasan atau mencari lingkaran pertemanan lain yang lebih sehat. Menurut Lahargo, seseorang tidak perlu melulu ada dalam satu pertemanan saja.
Setiap orang perlu membuka diri terhadap banyak orang dan berbagai komunitas. Dari sana, dia bisa menemukan mana yang cocok dengan dirinya, memberikan dampak positif, membangun, dan membuat diri bertumbuh sebagai individu.
Terkait kepribadian, Lahargo mengatakan setiap orang perlu mengenal siapa dirinya. Dengan begitu, seseorang paham bahwa dia cocok mendapatkan situasi pertemanan yang seperti apa.
Lahargo menyoroti bahwa saat ini banyak anak muda sangat lemah dalam mengidentifikasi diri. Akibatnya, dia tidak tahu siapa dirinya, apa talenta dan potensinya.
Yang banyak justru anak-anak yang membandingkan diri dengan orang lain. Itu membuat banyak anak muda zaman sekarang menjadi insecure (merasa tidak aman dengan diri sendiri).
"Kalau sudah insecure, banyak aspek-aspek kesehatan jiwa yang bisa terganggu pada akhrnya," tutur Lahargo.