Kebiasaan Makan Orang Tua Berpengaruh ke Anak, Termasuk Soal Junk Food

Makanan apa yang orang tua berikan pasti akan menjadi kebiasaan makan si anak.

Greatist
Pola asuh orang tua dalam memberi makan anak bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah anak mengalami sindrom metabolik. (ilustrasi)
Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter gizi Prof Dr dr Nurpudji Astuti Taslim mengingatkan, pola asuh orang tua dalam memberi makan anak bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah anak mengalami sindrom metabolik. Sindrom metabolik adalah sekumpulan kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, strok, dan diabetes pada seseorang.

Baca Juga


Menurut dia, sejak kecil peranan pola asuh orang tua itu sangat penting. "Karena anak-anak kecil tiga tahun ke bawah, makanan yang disediakan tergantung dari orang tua. Dia passive consumer. Apa yang kita berikan itu pasti akan menjadi kebiasaan makannya," kata Pudji saat dijumpai di Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Dia mengatakan, salah satu kebiasaan orang tua yang bisa dikurangi adalah dengan memberikan makanan cepat saji yang rentan penyakit dan tidak bergizi kepada anak. "Kita juga menjaga agar anak-anak ini tidak terpapar oleh fast food. Kita sekarang ini banyak lihat orang tua bawa anaknya ke mal lalu dikasih makan fast food, makan goreng-gorengan. Itu sama sekali tidak sehat," ujarnya.

Tak hanya itu, Pudji juga mengimbau orang tua untuk mulai mengenalkan anak pada makanan yang sehat dan seimbang sejak dini. Selain itu, orang tua juga perlu memahami bahwa anak yang gemuk bukan berarti memiliki gizi yang baik.

"Anak yang gemuk itu bukannya bagus. Anak yang sehat itu bukan yang gemuk. Anak yang sehat itu sesuai dengan umurnya. Jadi sekarang ini anak gemuk itu bukan pada keluarga yang kaya saja yang didapati, tapi juga keluarga miskin banyak sekali oleh karena pola makan," jelas Pudji.

Dia memastikan pola makan yang salah dapat menyebabkan anak mengalami obesitas dan mengalami masalah berat badan. Hal tersebut dapat berpotensi melahirkan penyakit jantung, strok, maupun diabetes.

"Jadi kalau banyak karbonya, artinya untuk mengalami obesitas itu besar. Akhirnya kalau sudah terjadi semacam itu, terjadi penumpukan lemak, akhirnya akan terjadi dislipidemi, nanti arahnya akan ke hipertensi. Bisa juga kena jantung," katanya.

Pudji juga menjelaskan, sindrom metabolik sendiri memiliki beberapa gejala. Oleh sebab itu, Pudji menganjurkan orang tua untuk berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Dia mengatakan, sindrom metabolik ada beberapa gejala. "Ada hiperkolesterolnya, ada hiperdislipideminya, ada hipertensinya. Jadi harus diperiksa anaknya, pemeriksaan darah. Terus kita lihat dia termasuk di mana," ujarnya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler