Menyerap Nilai-Nilai Sejarah dalam Pameran Manuskrip dan Artefak di Kota Malang
Sebagian besar manuskrip yang dihadirkan berasal dari masa kolonial Belanda.
Oleh : Wilda Fizriyani
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tidak semua orang tertarik untuk mempelajari manuskrip dan artefak peninggalan di Indonesia. Oleh karena itu, Perpustakaan Sejarah dan Budaya Puspa Lulut mengadakan pameran manuskrip dan artefak di Gedung Malang Creative Center (MCC) Kota Malang mulai 2 sampai 6 Maret 2023.
Petugas Pameran Manuskrip dan Artefak, Nasa'i mengatakan, pameran tersebut diharapkan dapat memberikan edukasi kepada generasi muda. Mereka diharapkan dapat mengenal sejarah untuk kemudian mencintai dan mau mempelajari ke depannya.
"Kalau mereka mempelajari, mereka akan mencintai kekayaan, sejarah yang ada di manuskrip," kata Nasa'i saat ditemui Republika di lokasi acara.
Total ada 11 dan 15 jenis manuskrip dan artefak yang dibawa dalam pameran tersebut. Semua peninggalan sejarah tersebut dijejerkan dalam etalase sederhana. Itu artinya pengunjung dapat melihat bagaimana bentuk artefak dan tulisan yang tertera dalam manuskrip
Menurut Nasa'i, beberapa koleksi manuskrip yang dihadirkan ada yang berisi masalah hukum, fiqih dan babad. Babad sendiri biasanya menceritakan perjalanan sejarah ke luar kota. Misalnya, babad Cina yang bertuliskan aksara Jawa tetapi menceritakan perjalanan keluarga keturunan Cina di masa lampau.
Sebagian besar manuskrip yang dihadirkan di perpustakaan berasal dari masa kolonial Belanda. Meksipun demikian, dia tidak menampik ada manuskrip yang berasal dari era abad 17. "Untuk naskah apanya, saya tidak hapal," jelas Nasa'i.
Berdasarkan pengamatan Republika, sebagian besar manuskrip ditulis menggunakan aksara Pallawa dan Jawa kuno atau Kawi. Meksipun demikian, ada pula manuskrip yang memakai aksara Arab dan Cina.
Selain manuskrip, perpustakaan ini juga menyajikan sejumlah artefak. Salah satunya terlihat artefak penanggalan atau kalender masyarakat di masa lampau. "Orang masa lalu menghitung hari, bulan melalui kalender ini. Mereka misalnya ingin memastikan 'oh hari ini cocok untuk menanam'," ungkapnya.
Di samping itu, juga tersedia sejumlah artefak yang digunakan sebagai alat untuk menulis prasasti. Jika demikian, maka pihaknya memprediksi alat tersebut berasal dari masa pembuatan prasasti yakni sekitar abad 9 atau lebih lama lagi. Oleh karena itu, pihaknya memprediksi benda tersebut termasuk yang paling tua di antara artefak lainnya di pameran.
Menurut Nasa'i, artefak ini tidak hanya berasal dari Malang Raya. Bahkan, beberapa ada yang diambil dari wilayah Lombok. Lalu juga ada yang bersumber dari wilayah Jawa Tengah dan daerah lainnya di Jawa Timur.