Sri Lanka Umumkan Strategi Restrukturisasi Utang
Bank sentral Sri Lanka juga secara bertahap menambah cadangan.
REPUBLIKA.CO.ID, COLOMBO -- Sri Lanka segera mengumumkan strategi restrukturisasi utang pada bulan April. Bank sentral akan meningkatkan pembicaraan dengan kreditor komersial menjelang tinjauan Dana Moneter Internasional tentang paket bailout dalam enam bulan.
Negara yang tengah dilanda krisis itu telah mendapatkan jaminan pembiayaan dari semua kreditor bilateral utamanya, termasuk India dan China. Persetujuan itu artinya telah menyiapkan panggung bagi IMF memberikan persetujuan akhir untuk paket bailout empat tahun senilai 2,9 miliar dolar AS pada 20 Maret.
Bailout adalah puncak dari negosiasi berbulan-bulan karena Sri Lanka tampaknya akan keluar dari krisis ekonomi terburuk dalam lebih dari tujuh dekade. "Ketika Anda melihat perjanjian tingkat staf diterbitkan, itu akan berisi komitmen kami untuk restrukturisasi utang dan itu juga akan mengungkapkan target utang jangka menengah bagi kami untuk memulihkan kesinambungan utang dalam jangka panjang," kata Gubernur bank sentral P Nandalal Weerasinghe pada Kamis (9/3/2023).
Weerasinghe mengatakan negara akan mempercepat negosiasi dengan kreditur komersial dan mengumumkan strategi restrukturisasi utang dengan berkonsultasi dengan mereka, sebelum menyelesaikan persyaratan restrukturisasi utang.
"Kami sedang berusaha menyelesaikan ini dalam waktu sekitar enam bulan ke depan, jadi sebelum review berikutnya (IMF) selesai," ujarnya.
Sri Lanka perlu memulihkan kesinambungan utang selama periode sepuluh tahun sesuai perjanjian dengan IMF dan yang terakhir akan memberikan peta jalan untuk menurunkan tingkat utang selama periode itu, kata Weerasinghe.
Saat ini, Sri Lanka harus membayar sekitar 6 miliar dolar AS per tahun hingga 2029, kata Presiden Ranil Wickremesinghe kepada parlemen pada hari Selasa (7/3/2023). Tetapi, Weerasinghe mengatakan jumlah ini akan dikurangi setelah restrukturisasi utang.
Bank sentral juga secara bertahap menambah cadangan, dengan dolar yang dapat digunakan mencapai sekitar 600 juta pada akhir bulan lalu. Ini merupakan tertinggi dalam setahun.
Sri Lanka juga memiliki pengaturan pertukaran 1,5 miliar dolra AS dengan China, tetapi itu hanya dapat digunakan jika cadangan domestik mendukung impor selama tiga bulan.
"Jika kami membangun cadangan, kami mungkin dapat mengakses pertukaran (China), sampai saat itu kami tidak keberatan menyimpannya di pembukuan kami. Jika kami memenuhi ketentuan cadangan tiga bulan, kami dapat menggunakannya."
Weerasinghe juga mengatakan bahwa inflasi cenderung turun lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, bahkan oleh bank sentral. Naiknya harga telah menjadi perhatian utama dengan hasil terbaru di bulan Februari yang menunjukkan inflasi telah mereda, namun tetap di atas 50 persen.
"Sebelumnya ekspektasi saya adalah inflasi 4 persen hingga 6 persen di suatu tempat di bulan Desember. Sekarang saya perkirakan di awal Q4 daripada di akhir, prosesnya akan bergerak lebih cepat, sekitar akhir Oktober," katanya.