Tren PHK Startup, Pengamat: Ini Era Transformasi Unicorn Jadi Dragon
Startup tengah berupaya memperkuat fundamental bisnis, bukan sekadar valuasi besar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah perusahaan rintisan (startup) baru-baru ini melaukan PHK terhadap karyawannya. Pengamat startup dan perusahaan teknologi Indrawan Nugroho mengatakan langkah efisiensi perusahaan di sektor teknologi dalam bentuk pemangkasan karyawan adalah salah satu bentuk upaya bertranformasi dari status unicorn menjadi perusahaan digital kelas dragon.
Status unicorn didefinisikan untuk perusahaan rintisan dengan nilai valuasi menyentuh 1 miliar dolar AS atau setara Rp 15 triliun (kurs Rp 15.000) tanpa sahamnya tercatat di bursa efek. Namun, perusahaan dragon diistilahkan sebagai perusahaan digital yang lebih kuat dari sisi fundamental bisnis, bukan sekadar valuasi besar.
"Di awal musim semi perusahaan rintisan, semua pebisnis bermimpi perusahaan jadi unicorn, tapi, semua orang jadi tersadarkan ternyata unicorn tidak selamanya indah, tidak seperti dulu," kata CEO dan Co-founder CIAS, perusahaan konsultan inovasi itu lewat kanal Youtube-nya, Sabtu (11/3/2023).
"Tidak selamanya indah, kenapa? Karena unicorn itu statusnya dilihat kan cuma dari nilai valuasi pasar, bukan dari fundamental kekuatan bisnisnya, jadi, kekuatannya semu. Unicorn memang kelihatan cantik, tapi, ringkih, mereka belum merdeka atau mandiri secara finansial," tegasnya.
Oleh sebab itu, keputusan yang dilakukan perusahaan-perusahaan digital yang melakukan efisiensi karyawan dinilai ideal karena dengan kondisi ekonomi saat ini, semua perusahaan rintisan didesak bertranformasi menjadi dragon. Meski langkah itu berat, namun, tetap diperlukan karena bukan hanya positif bagi industri, namun, juga ekosistem bisnis.
"Mungkin tidak semua bertranformasi dan adaptif, tapi, bagi perusahaan rintisan yang berhasil maka akan jadi naga yang perkasa, naga yang kuat yang fundamental bisnis dan sehat keuangan," kata Indrawan.
Terbaru, setelah sebelumnya Shopee, GOTO yang menaungi Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial juga kembali melakukan penyesuaian struktur bisnis demi mendorong perusahaan menuju kemandirian finansial yang berdampak pada pemangkasan 600 posisi dalam seluruh ekosistem Grup GoTo. Dalam keterangan resmi, Sekretaris Perusahaan Grup GoTo Koesoemohadiani menegaskan langkah penyesuaian struktural organisasi GoTo ini tidak akan mempengaruhi layanan yang diberikan GoTo kepada konsumen, mitra pengemudi, pedagang, dan penjual.
Indrawan menilai GOTO perlu mandiri secara finansial dan mencapai profitabilitas.
"Singkatnya, GOTO harus bertranformasi menjadi dragonkarena berlangsungnya bisnis GOTO harus dipertahankan," tegasnya.
Saat ini layanan GOTO sudah menjadi bagian melekat konsumen Indonesia. Banyak yang kehidupannya bergantung pada GOTO. Layanannya sudah mencakup 2/3 pengeluaran rumah tangga Indonesia dan di sisi lain bisnis GOTOtelah menjadi mata pencaharian jutaan orang, mereka adalah driver, merchant karyawan, dan supplier.
"Menurut saya, GOTO bisa menjadi jendela yang pas untuk melihat apa yang tengah dilakukan tech company dalam mengejar profitabilitas," kata Indrawan.