Belanja Pertahanan Taiwan Fokus Pada Blokade Militer Cina
Cina mengadakan latihan perang di sekitar Taiwan pada Agustus 2022.
REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Pengeluaran pertahanan Taiwan tahun ini akan fokus pada persiapan senjata dan peralatan untuk memblokade Cina, termasuk suku cadang untuk pesawat tempur F-16 dan pengisian senjata. Dalam sebuah laporan yang meminta persetujuan anggaran parlemen, Kementerian Pertahanan Taiwan mulai meninjau cadangan bahan bakar strategis.
"Dalam antisipasi blokade total Selat Taiwan, pengeluaran tahun ini akan mencakup pengisian stok artileri dan roket, dan suku cadang untuk pesawat tempur F-16, untuk memperkuat kontinuitas pertempuran," kata pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan.
Dalam pembaruan penilaian ancamannya dari Cina, Kementerian Pertahanan mengatakan, militer Cina telah melakukan operasi pasukan gabungan dengan tujuan untuk mengendalikan titik-titik strategis dan menolak akses ke pasukan asing.
"Baru-baru ini, model latihan dan pelatihan militer Komunis telah disesuaikan dari satu jenis militer menjadi operasi gabungan pasukan darat, laut, udara dan roket. Ini mengadopsi pendekatan perang yang sebenarnya dan beralih dari pelatihan ke persiapan tempur," katanya dalam laporan yang dikeluarkan menjelang pengambilan keputusan anggota parlemen oleh Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng.
Kantor Urusan Taiwan Cina tidak segera menanggapi permintaan komentar. Cina mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.
Cina mengadakan latihan perang di sekitar Taiwan pada Agustus 2022. Cina menembakkan rudal di atas Taipei dan mendeklarasikan zona larangan terbang, termasuk larangan berlayar dalam simulasi tentang bagaimana negara itu berusaha menghentikan Taiwan dalam perang.
Pada Senin (13/3/2023) Presiden Cina Xi Jinping mengatakan, Cina harus memodernisasi militernya untuk menjadikannya 'Tembok Besar Baja'. Xi juga mengatakan, Cina harus menentang kegiatan pro-kemerdekaan dan pemisahan diri serta campur tangan kekuatan eksternal.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, Cina telah secara sistematis meningkatkan kekuatan tindakan kesiapan tempur bersama di sekitar Taiwan. Tahun lalu, Komando Teater Timur militer Cina mengirim lebih dari 1.700 pesawat ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. Jumlah itu naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya dan menimbulkan ancaman substansial bagi pertahanan Taiwan.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, Cina telah "menormalkan" zona larangan navigasi di sekitar Laut Bohai, Laut Kuning, dan Selat Taiwan. Cina berharap dapat mengasah kemampuannya untuk berperang ke dalam "rangkaian pulau kedua", yang mencakup wilayah dari Jepang hingga pulau-pulau Pasifik, untuk mengendalikan Selat Bashi, Selat Miyako, dan Selat Tsushima. Ini adalah akses tiga saluran air penting ke Laut Pasifik dan Laut Cina Timur.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan Cina juga terus menggunakan taktik "zona abu-abu" untuk menguji respons Taiwan, termasuk mengirim drone, balon, dan kapal penangkap ikan ke daerah yang dekat dengan Taiwan. Kementerian tersebut juga mengatakan akan memprioritaskan pendanaan dalam anggaran tahun ini untuk senjata utama buatan AS, termasuk rudal anti-pesawat Stinger, dan peluncur roket bergerak M142 High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS).