NASA Berhasil Memotret Momen Menakjubkan di Mars

Fenomena sinar crepuscular baru kali pertama dipotret secara detail di Mars.

NASA
Robot penjelajah Curiosity milik NASA baru-baru ini memotret momen saat matahari terbenam di Mars.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai bagian dari studi awan Mars yang sedang berlangsung, robot penjelajah Curiosity milik NASA baru-baru ini memotret momen saat matahari terbenam di Mars. Saat matahari terbenam di cakrawala, cahayanya berubah menjadi sinar yang bisa dilihat melintang di langit.

Baca Juga


Secara teknis dikenal sebagai sinar crepuscular, ini adalah pertama kalinya fenomena ini dipotret secara detail di Mars. Dengan mempelajari bagaimana sinar tersebut bersinar menembus awan, para ilmuwan bisa mempelajari lebih banyak tentang atmosfer dan sistem cuaca Mars.

Meskipun atmosfer Mars sangat tipis, hanya 1 persen dari densitas atmosfer Bumi, atmosfer Mars masih aktif dan berubah-ubah. Planet ini mengalami angin kencang hingga 60 km per jam, yang dapat menangkap partikel debu halus yang melapisi sebagian besar permukaan Mars dan menghempaskannya ke dalam badai debu global. 

Dengan tekanan atmosfer yang rendah dan variasi suhu yang cukup besar antara siang dan malam, peristiwa dinamis seperti dust devil (pusaran angin yang berputar) terlihat secara teratur.

Selain itu, karena atmosfernya yang tipis, awan di langit Mars juga jarang terlihat. Dengan hanya sedikit uap air yang ada di atmosfer, keberadaan awan bervariasi sepanjang musim. Awan yang terlihat di sana tidak seperti awan di Bumi. Di Mars, tekanan rendah berarti awan terbentuk dari es air (water ice) atau karbon dioksida (dry ice).

Foto-foto terbaru dari Curiosity NASA menunjukkan awan pada ketinggian yang tinggi, yang menunjukkan bahwa awan tersebut tersusun dari karbon dioksida dan bukan es air. Gambar lain yang diambil baru-baru ini oleh Curiosity menunjukkan fenomena awan penting lainnya yang disebut iridescence. Warna-warna berbeda yang terlihat pada awan bisa mengungkap informasi tentang partikel-partikel yang menyusunnya.

"Ketika kita melihat iridescence, itu berarti ukuran partikel awan identik dengan lingkungannya di setiap bagian awan," kata Mark Lemmon, seorang ilmuwan atmosfer dari Space Science Institute di Boulder, Colorado, dalam sebuah pernyataan.

"Dengan melihat transisi warna, kami melihat ukuran partikel berubah di seluruh awan. Hal ini memberi tahu kita tentang bagaimana awan berevolusi dan bagaimana partikel-partikelnya berubah ukuran dari waktu ke waktu,” tambah dia seperti dilansir dari The Verge, Rabu (15/3/2023).

Kedua foto tersebut digabungkan dari 28 foto yang diambil secara terpisah. Foto-foto itu diambil oleh instrumen Mastcam milik Curiosity, yang tidak seperti kebanyakan pengamatan awan sebelumnya yang dilakukan dengan menggunakan kamera navigasi hitam-putih, Curiosity dapat menangkap gambar berwarna. Curiosity telah melakukan survei awan sejak bulan Januari dan akan terus berlanjut selama beberapa minggu ke depan.

Curiosity sebelumnya telah menangkap pemandangan fenomena cuaca Mars yang menakjubkan, seperti blue sunset yang dipotretnya pada tahun 2015. Warna yang terlihat di sana juga disebabkan oleh debu di atmosfer, setelah badai debu yang menyebabkan debu melayang-layang di atmosfer. Debu yang tersuspensi ini menyebarkan berbagai warna cahaya dalam jumlah yang berbeda, dan menyebarkan cahaya ke arah tertentu. Akibatnya, cahaya merah lebih banyak terfilter, sehingga yang tersisa adalah warna biru yang terlihat di langit Mars.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler