Duduk di Antara Dua Sujud tak Sekadar Rehat, Tetapi Juga Saat Tepat untuk Panjatkan Doa

Duduk di antara dua sujud di antara momunetum untuk berdoa

Republika/Thoudy Badai
ilustrasi duduk di antara dua sujud. Duduk di antara dua sujud di antara momunetum untuk berdoa
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam sholat, ada rukun yaitu duduk di antara dua sujud. Rukun tersebut seringkali dianggap sebagai pelengkap sholat. Padahal posisi itu tidak kalah penting dari rukun yang lain.

Baca Juga


Mengutip buku Rahasianya Shalat Orang-Orang Makrifat tulisan Imam Ghazali, duduk di antara dua sujud ini adalah duduk iftirasy, rukun pemisah dua sujud. 

Posisinya adalah duduk di atas telapak kaki kiri, kaki kanan tegak dan jari-jarinya dilekatkan (ditekan) ke bumi menghadap ke arah kiblat.

Rukun ini tak boleh disepelekan, sebab di sanalah kita diberi kesempatan untuk berdoa. Jika seorang hamba telah berdiri, memberikan pujian dan sanjungan, lalu memberikan pujian lagi.

Kemudian rukuk mensucikan dan mengagungkan Tuhannya, lalu itidal sembari memberi pujian dan sanjungan kepadaNya. 

Disampurnakan dengan sujud yang merupakan sikap tunduk dan pasrah kepadaNya, maka dia tinggal meminta segala kebutuhan serta ampunanNya. Coba kita perhatikan isi doa saat duduk di antara dua sujud:

Rabbighfilii رب اغْفِرلي  (ya Allah ampunilah aku). Kita tidak pernah tahu seberapa besar dosa ini. Apakah dosa yang pernah kita lakukan sudah dihapus. Ketika duduk ifirasy itulah kita berkesempatan untuk intropeksi diri, lalu memohon ampunan dari dosa yang mungkin kita lupakan.

Di situ pula kita diharapkan menyadari bahwa kita ini tempatnya salah dan doa. Jika saat duduk kita menyadari dosa dengan sungguh-sungguh, maka dosa sekecil apapun akan kita anggap besar, dan akhirnya kita sungguh memohon ampun kepadaNya.

Warhamnii وَارْحَمْنِى (kasihani-lah aku ya Allah). Kita manusia pada dasarnya hanyalah makhluk lemah.

Jika bukan karena Allah, kita bukanlah apa-apa. Maka tunduk dan memohon rahmatNya adalah cara yang paling tepat.

Ibadah yang kita lakukan, tidak akan pernah cukup untuk menghapus dosa-dosa dan menebus segala kenikmatan yang kita terima. Ibadah itu tidak akan mampu membuka pintu surga.

Jika kita mendapat ampunan, selamat dari siksa neraka dan dimasukkan surga, itu semua berkat rahmat Allah SWT. Maka sudah seharusnya kita selalu memohon rahmatNya.

Wajburnii واجبرني(cukupkan-lah aku ya Allah, tutupi alb hamba ya Allah, tutupi kesalahan-kesalahan hamba ya Allah). Manusia adalah makhluk yang tidak pernah merasa cukup atas nikmat yang diterima dari Tuhan-Nya.

Misalkan dia telah mendapatkan satu gunung emas, tentu masih tetap akan mencari gunung emas yang lain, sebelum mulut dan perutnya ditutup dengan tanah (mati).

Wa'afinii وَعَافِنِى(sehatkan hambamu ini, ya Allah). Kesehatan merupakan salah satu nikmat yang tak ternilai harganya. Ketika seseorang sakit, hartanya menjadi habis untuk biaya pengobatan.

Jika kita mempunyai tubuh sehat, maka akan dapat melakukan berbagai aktivitas. Karena itulah ketika duduk di antara dua sujud, kita diajarkan untuk memohon kesehatan jasmani dan rohani kepada Allah swt.

Wa'fuannii وَاعْفُ عَنِّى (apabila hamba terlalu banyak meminta, maka ampunilah aku wahai Allah). Kita seringkali melakukan kesalahan, namun kurang menyadarinya.

Kita sering memikirkan kesalahan orang lain, sementara kesalahan sendiri terlupa-kan. Kita juga suka meremehkan dosa kecil, karena menganggap Allah Mahapengampun.

Allah memang Mahapengampun, namun itu berlaku ketika kita menyadari kesalahan dan memohon ampunan-Nya. Berkaitan dengan hal itu, maka duduk di antara dua sujud adalah momen yang tepat untuk menghapus kesalahan yang terlupakan.

Baca juga: Arab Saudi-Iran Sepakat Damai Diprakarsai China, Ini Reaksi Amerika Hingga Negara Arab

 

Adapun duduk dalam sholat adalah duduk yang dilakukan dengan cara bagian pantat duduk di atas lantai, dan kiri dimajukan ke depan, ujung kaki kiri dikeluarkan ke sebelah kanan, kemudian kaki kanan ditegakkan dan jari-jarinya diarahkan ke kiblat.

Abu Humaid As-Sa'idi menyebutkan jika duduk dalam rakaat kedua, beliau (Nabi SAW.) duduk dengan menduduki telapak kaki kirinya dan menegakkan telapak kakinya yang kanan, sedang jika duduk dalam rakaat terakhir, beliau mengelurkan telapak kakinya yang kiri (melalui bawah tulang kering kaki kanan) dan menegakkan telapak kakinya yang kanan, sementara beliau duduk di tempat duduknya (dilantai). (HR Bukhari)

Ketika seseorang telah menyempurnakan rukuk, sujud, bacaan Alquran, tasbih dan takbirnya, maka barulah duduk di akhir sholatnya dengan penuh kekhusyukan, merendah dan merunduk pasrah dalam keadaan berlutut. Ini penghormatan yang paling sempurna dan paling utama kepada Allah SWT.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler