Jumlah Kopi yang Perlu Diminum untuk Terhindar dari Penyakit Berjulukan Silent Killer
Minum kopi dalam jumlah tertentu bisa tekan risiko silent killer.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sejumlah penyakit yang dijuluki pembunuh senyap alias silent killer, termasuk obesitas dan diabetes tipe dua. Sebuah studi mengungkap, minum kopi dalam jumlah tertentu bisa membuat seseorang terhindar dari risiko mengidapnya.
Penelitian digagas oleh Karolinska Institutet di Stockholm, Swedia. Minum tiga gelas kopi sehari disinyalir membuat kadar kafein yang tinggi dalam darah. Itu lantas dikaitkan dengan tingkat obesitas dan diabetes tipe dua yang lebih rendah.
"Temuan kami menunjukkan bahwa kafein mungkin, setidaknya sebagian, menjelaskan hubungan terbalik antara konsumsi kopi dan risiko diabetes tipe dua," ujar salah satu peneliti, Susanna Larson, dikutip dari laman The Sun, Rabu (15/3/2023).
Diabetes tipe dua menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi terlalu tinggi. Itu lebih mungkin terjadi jika seseorang kelebihan berat badan. Peneliti berusaha membuktikan bahwa kafein dapat menurunkan risiko berkembangnya kondisi obesitas dan diabetes tipe dua.
Hasil riset itu diterbitkan dalam BMJ Medicine. Tim melacak kemungkinan orang meminum sejumlah besar kafein berdasarkan gen. Tim kemudian membandingkannya dengan kondisi para peserta yang mengalami obesitas atau mengidap diabetes tipe dua.
Tim menyoroti pula penelitian sebelumnya yang membuktikan minum tiga hingga lima cangkir kopi sehari dapat membantu mengurangi risiko obesitas dan diabetes tipe dua. Studi terdahulu lain pun menunjukkan bahwa kafein dapat meningkatkan metabolisme hingga tiga sampai 11 persen.
Peneliti lain dalam studi, Dipender Gill, mengatakan hasil itu perlu penelitian lebih lanjut. Termasuk, untuk mengetahui apakah minum lebih banyak kopi dapat membantu seseorang mempertahankan berat badan yang sehat.
Namun, masyarakat tidak boleh mengubah kebiasaan minum kopi hanya karena penelitian itu. Gill yang merupakan ilmuwan klinis di Imperial College London, Inggris, mengingatkan bahwa minuman berkafein seperti kopi dan teh dapat memiliki efek buruk.
Beberapa orang mungkin merasa sulit tidur. Beberapa orang bisa mengalami jantung berdebar akibat kafein.
"Jadi, menurut saya, berdasarkan penelitian ini, orang tidak boleh mengubah gaya hidup atau perilaku mereka, tetapi temuan kami harus digunakan untuk mengarahkan penelitian lebih lanjut, termasuk studi klinis potensial," tutur Gill.
Stephen Lawrence dari University of Warwick di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian berharap hasil studi digunakan dengan bijak. Dia mewanti-wanti agar orang awam tidak minum lebih banyak teh atau kopi demi mengurangi risiko penimbunan lemak dan diabetes.
Menurut Lawrence, hasil studi menunjukkan bukti yang relatif baik, yakni mengonsumsi kafein meningkatkan pembakaran lemak, bahkan saat istirahat. Namun, itu bukan merupakan pengobatan untuk obesitas.
"Jika digunakan secara salah, itu dapat menyebabkan penambahan berat badan atau bahkan membahayakan," kata Lawrence.