Kegeraman Conte Memandang Problem Klasik dan Akut Spurs

Conte pun tidak yakin bisa mengantarkan The Lilywhites finish di empat besar liga.

AP Photo/David Cliff
Pemain Southampton Theo Walcott (kanan) mencetak gol kedua timnya pada pertandingan sepak bola Liga Premier Inggris antara Southampton dan Tottenham di St Mary
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pelatih Tottenham Hotspur, Antonio Conte, sudah tidak bisa lagi menahan amarah usai melihat anak-anak asuhnya gagal memastikan raihan tiga poin saat bertandang ke markas Southampton. Unggul, 3-1, hingga menit ke-74, Spurs malah menutup laga dengan skor imbang, 3-3, Sabtu (18/3/2023) malam WIB.

Baca Juga


Menghadapi juru kunci klasemen sementara Liga Primer Inggris tersebut, The Lilywhites mencatatkan keunggulan via Pedro Porro pada penghujung babak pertama. Che Adams mampu menyamakan kedudukan pada awal babak kedua. Namun, Spurs kembali unggul via gol Harry Kane pada menit ke-65.

Klub asal London Utara itu menebalkan keunggulan saat Ivan Perisic mencetak gol pada menit ke-74. Namun, di sisa laga, Spurs limbung dan kebobolan dua gol, tepatnya via gol Theo Walcott dan James Ward-Prowse. Gol penyeimbang kedudukan itu dicetak Ward-Prowse pada menit terakhir masa injury time babak kedua.

Hasil ini membuat The Lilywhites gagal mengambil alih peringkat ketiga klasemen sementara seraya gagal mempertahankan laju kemenangan di pentas Liga Primer Inggris musim ini. Tidak hanya itu, Spurs juga tercatat gagal memetik kemenangan dalam lima laga tandang terakhir di pentas Liga Primer Inggris dengan torehan empat kekalahan dan satu hasil imbang.

Kritik keras langsung dilontarkan Conte dalam sesi konferensi pers pasca laga pada pekan ke-28 Liga Primer Inggris tersebut. Tidak hanya menyasar soal performa buruk anak-anak asuhnya, pelatih asal Italia itu juga menyebut ketidakmampuan pemilik klub dalam membangun kultur yang tepat di tim utama Spurs.

Secara khusus, para pemain Spurs dinilai tidak menunjukan semangat kebersamaan dan soliditas sebagai sebuah tim. Selain itu, Conte juga menyinggung soal kultur yang terbentuk di Spurs, yang dinilai menjadi penyebab kegagalan The Lilywhites meraih trofi bergengsi dalam dua dekade terakhir.

''Mereka terbiasa untuk itu. Mereka seolah tidak mau merumput untuk sesuatu yang penting. Mereka tidak mau tampil dalam tekanan dan stress. Inilah cerita Tottenham. Dalam 20 tahun ada pemilik dan mereka tidak pernah memenangkan sesuatu.  Kenapa? Apakah salah orang di klub ini atau pelatih?,'' ujar Conte seperti dikutip Sky Sports, Ahad (19/3/2023).

Sejak terakhir kali merengkuh trofi Piala Liga Inggris pada akhir musim 2007/2008, Spurs memang tidak pernah lagi merasakan raihan trofi bergengsi. Selama periode tersebut, prestasi terbaik Spurs adalah saat melaju ke babak final Liga Champions musim 2018/2019. Kala itu, Spurs masih ditangani Mauricio Pochettino.

Dengan situasi dan mentalitas yang terbangun di tim utama Spurs, Conte pun tidak yakin bisa mengantarkan The Lilywhites finish di empat besar Liga Primer Inggris musim ini. Conte juga tidak yakin, pergantian pelatih akan bisa mengakhiri puasa gelar Spurs apabila kondisi ataupun kultur di Spurs tidak bisa diubah.

''Mereka terus mencari alasan demi alasan, pembenaran demi pembenaran. Masih ada 10 pertandingan lagi dan kami masih bisa bertarung? Bertarung untuk apa dengan sikap, semangat, dan komitmen seperti ini. Semua pihak harus terlibat dalam mengubah situasi ini. Jika mereka ingin terus melanjutkan dengan cara seperti ini, mereka bisa mengganti pelatih, banyak pelatih. Namun, situasi tidak akan berubah. Saya yakin,'' kata pelatih yang terikat kontrak bersama Spurs hingga akhir musim ini tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler