BPPTKG Jelaskan Fenomena Pembentukan Dua Kubah Lava di Gunung Merapi
Kondisi kubah lava barat daya masih terlihat aktif.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkap Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kini memiliki dua kubah lava aktif dalam satu periode erupsi.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan dua kubah lava aktif itu pertama kalinya dalam sejarah yang terbentuk akibat erupsi sejak 4 Januari 2021 lalu.
"Kami menduga waktu itu akan terjadi erupsi eksplosif atau efusif dengan laju ekstrusi yang tinggi, tetapi kemudian ternyata tidak terjadi yang kami khawatirkan. Fenomena yang terjadi justru munculnya dua kubah lava," kata Agus, Jumat (24/3/2023).
Kedua kubah lava aktif tersebut adalah kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah.
Agus menjelaskan bahwa Gunung Merapi awalnya hanya memiliki satu kubah lava, yaitu kubah lava tengah kawah yang muncul pascaerupsi pada tahun 2018. Kemudian, erupsi yang terjadi pada 4 Januari 2021, telah membentuk kubah lava barat daya.
Sebanyak dua kejadian erupsi itulah yang membentuk dua kubah lava di Gunung Merapi.
Berdasarkan pemantauan menggunakan drone yang dilakukan pada 18 Maret 2023, pascakejadian erupsi 11 Maret 2023, kondisi kubah lava barat daya masih terlihat aktif yang ditunjukkan dengan suhu mencapai 230 derajat Celsius.
Hasil foto udara itu menunjukkan batas material guguran secara lebih jelas. Sebanyak dua area panas terlihat pada bagian tengah dan bawah kubah yang diduga sebagai lokasi sumber guguran dan awan panas guguran di sisi barat daya.
Bagian selatan kubah barat daya yang mengarah ke Sungai Boyong juga masih tampak aktif.
Kubah lava tengah juga terpantau memiliki titik panas di tepi timur kubah tengah dengan suhu mencapai 114 derajat Celsius.
Agus menuturkan suplai magma dari dalam maupun dangkal masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di daerah potensi bahaya.
Menurutnya, keberadaan dua kubah lava aktif itu membuat daerah potensi bahaya erupsi menjadi semakin luas yang tadinya hanya sisi tenggara saja, namun kini juga berpotensi mengarah ke barat daya.
"Masyarakat perlu melatih diri mereka untuk melakukan evakuasi secara cepat dan efektif. Ketika ada gejala apapun entah peringatan dini atau kejadian darurat itu masyarakat bisa merespon dengan baik dan cepat," kata Agus.