KCI Berencana Pemesanan Kereta Bekas Berakhir 2024
Setelah 2024, ada dua alternatif untuk pemenuhan kapasitas KRL.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter berencana pada 2024 akan menjadi tahun terakhir memesan kereta bekas. Memesan kereta bekas masih menjadi opsi untuk memenuhi kebutuhan kapasitas kereta rel listrik (KRL).
"Rencana order KRL bekas, kita putuskan berakhir pada 2023 dan 2024," kata Direktur Utama KCI atau KAI Commuter, Suryawan Putra Hia dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Senin (27/3/2023).
Dia menjelaskan, setelah 2024, terdapat dua alternaif yang akan rencananya bisa dilakukan untuk memenuhi penambahan kapasitas KRL. Suryawan memastikan alternatif tersebut sudah dibahas dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves).
Suryawan menuturkan, alternatif pertama yakni pembelian rangkaian kereta baru setelah 2024. "Kita beli baru semua yaitu untuk kebutuhan 2026 ada 16 trainset 2027 ada 18 trainset, 2028 ada tujuh trainset, dan 2029 ada 30 trainset. Kalau ditotal hingga 2040 ada 186 trainset," ucap Suryawan.
Sementara untuk skenario kedua, untuk penambahan kereta yang dibutuhkan akan membeli rangkaian baru. Semebtara untuk replacement, Suryawan mengungkapkan akan bekerja sama dengan PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka.
"Ini semua (pilihan skenario) akan sangat bergantung pada Inka dan kajian finansialnya," tutur Suryawan.
Dia menambahkan, dalam pembahasan bersama Kemenkomarves, setelah 2024 juga disarankan semua kebutuhan rangkaian KRL bisa diproduksi oleh Inka. Hanya saja hal tersebut menurutnya juga bergantung terkait pembiayaan yang akan digunakan.
"KCI saat ini ada pembatasan, artinya kami dibatasi profit 10 persen dari margin kami. Sehingga nanti akan diberikan solusi mengenai pembiayaannya," ujar Suryawan.
Suryawan menegaskan, rencana pengadaan kereta hingga 2040 berdasarkan proyeksi okupansi KRL. Dia mengungkapkan, pada 2023 okupansi rata-rata per tahun sudah 63 persen, pada 2024 bisa mencapai 89 persen, pada 2025 bisa mencapai 83 persen, dan 2026 posisi diprediksi mencapai 96 persen.
"Maka di situ kalau sudah 90 persen tidak mungkin lagi, harus ditambah 16 trainset (pada 2026) sehingga okupansinya yang tadinya 90 persen menjadi 77 persen rata-rata setahunnya," jelas Suryawan.