Rusia Tahan Wartawan AS dengan Tuduhan Mata-Mata

Rusia menilai masih terlalu dunia membahas kemungkinan pertukaran tahanan dengan AS.

Reuters/Alexander Lining
Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Rusia menahan warga AS yang menjadi koresponden untuk media the Wall Street Journal (WSJ) dengan tuduhan mata-mata. Langkah Rusia yang dilakukan Kamis (30/3/2023) ini kemungkinan akan meningkatkan ketegangan hubungan kedua negara. 


Surat kabar WSJ membantah tudingan Rusia tersebut dan meminta agar wartawan itu, Evan Gershkovich segera dibebaskan. Belum ada respons dari Washington mengenai kasus ini. Gershkovich (31) bekerja di Rusia sebagai jurnalis selama enam tahun. 

Ia merupakan profil tertinggi warga AS yang ditahan di Rusia setelah penahanan bintang basket, Brittney Griner, yang kemudian dibebaskan pada Desember tahun lalu. Griner bebas setelah 10 bulan berada di tahanan dengan dakwaan terkait obat terlarang. 

Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) mengungkapkan, penahanan Gershkovich di kota industri Yekaterinburg.

‘’Ia dicurigai melakukan aksi mata-mata atas kepentingan Pemerintah AS dengan menghimpun informasi dari salah satu perusahaan di kompleks industri militer Rusia,’’ demikian pernyataan FSB. Gershkovich lalu diboyong ke Moskow.

Di ibu kota ini, ia dihadapkan pada pengadilan tertutup yang memerintahkan penahanannya hingga 29 Mei. Kantor berita Rusia, TASS melaporkan bahwa Gershkovich menegaskan tidak bersalah. Pihak berwenang juga belum mengungkapkan bukti-bukti atas tuduhannya.

TASS menyebut, kasus ini diklasifikasikan sebagai "top secret". Di sisi lain, terungkap informasi, Daniil Berman,pengacara sang reporter, tak diizinkan berada di ruang sidang atau melihat dakwaan atas diri kliennya. Ia meyakini, kliennya dibawa ke Lefortovo, penjara abad 19 di Moskow yang pada masa Soviet untuk para tahanan politik. 

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov meyakini Gershkovich tertangkap tangan melakukan aksi mata-mata. Terkait kasus ini, Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov menuturkan, masih terlalu dunia membahas kemungkinan pertukaran tahanan dengan AS. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler