Penyebab Orang Jadi Pemarah, Salah Satunya Alami Trauma Masa Kecil

Trauma masa kanak-kanak secara umum dikaitkan dengan semua aspek kemarahan.

www.freepik.com
Anak mengalami trauma (ilustrasi). Orang dengan depresi dan kecemasan yang mempunyai masa kecil traumatis cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang pemarah.
Rep: Meiliza Laveda Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru mengungkapkan orang dengan depresi dan kecemasan yang mempunyai masa kecil traumatis cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang pemarah. Studi tersebut dipresentasikan pada 25 Maret 2023 di Kongres Psikiatri Eropa di Paris, Prancis.

Baca Juga


“Temuan terpenting kami adalah trauma masa kanak-kanak secara umum dikaitkan dengan semua aspek kemarahan, baik perasaan maupun ekspresi, termasuk hubungan dosis-respons. Artinya, semakin traumatis masa kanak-kanak, semakin menjadi pemarah saat dia dewasa,” kata penulis utama dan mahasiswa PhD di Leiden University Medical Center, Belanda, Nienke de Bles, dilansir Everyday Health, Selasa (4/4/2023).

Peneliti menggunakan data dari Netherlands Study of Depression and Anxiety yang dimulai pada tahun 2004 untuk menyelidiki perjalanan depresi dan gangguan kecemasan selama beberapa tahun. Studi ini melibatkan hampir 2.300 peserta antara usia 18 dan 65 tahun dan 66 persen adalah perempuan.

Sebelumnya, para peneliti telah menemukan lebih dari 40 persen pasien dengan kecemasan dan depresi memiliki kecenderungan untuk marah dibandingkan dengan lima persen dari kelompok tanpa depresi atau kecemasan. Setelah penilaian dasar selama empat jam, peneliti melanjutkan empat kali selama periode delapan tahun untuk mengungkap riwayat trauma masa kanak-kanak, seperti kehilangan orang tua, perceraian orang tua, atau ditempatkan di panti asuhan.

Mereka juga bertanya kepada peserta tentang pengabaian dan pelecehan emosional, fisik, dan seksual. Semua jenis trauma masa kanak-kanak kecuali pelecehan seksual dikaitkan dengan tingkat kemarahan yang lebih tinggi dan prevalensi serangan kemarahan serta sifat kepribadian antisosial yang lebih tinggi di masa dewasa, terlepas dari depresi dan kecemasan.

De Bles mengatakan, pihaknya menemukan orang yang cemas atau depresi dengan riwayat pengabaian emosional atau pelecehan fisik atau psikologis, satu dan dua kali lebih mungkin mengalami masalah kemarahan. “Kami juga menemukan semakin traumatis pengalaman masa kanak-kanak, semakin besar kecenderungan kemarahan orang dewasa,” ujarnya.

Temuan menunjukkan, anak-anak yang mengalami pengabaian emosional memiliki kecenderungan yang meningkat untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang mudah tersinggung atau mudah marah. Sedangkan mereka yang telah dilecehkan secara fisik memiliki kecenderungan yang lebih besar terhadap serangan kemarahan atau sifat kepribadian antisosial.

“Pelecehan seksual cenderung menghasilkan kemarahan yang ditekan, mungkin karena kepekaan yang lebih besar terhadap penolakan, tetapi ini perlu dikonfirmasi,” kata dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler