Pintu Neraka Ditutup dan Setan Dibelunggu Selama Ramadhan, Apa Maksudnya?

Ramadhan merupakan bulan istimewa untuk maksimalkan beribadah

Pixabay
Ilustrasi Neraka . Ramadhan merupakan bulan istimewa untuk maksimalkan beribadah
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ramadhan diistimewakan dengan dibukanya pintu Surga dan ditutupnya pintu neraka. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim,

Baca Juga


عن أبي هريرة رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ، فُتِحَتْ أبْوَاب الجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ، وَصفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ»

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika bulan Ramadhan datang pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.”

Dalam buku “Hakikat Ibadah Menurut Ibnu ‘Arabi”  karya Karam Amin Abu Karam yang diterbitkan Alifia Books dijelakan bahwa Ibnu Arabi menafsirkan hadits tersebut dengan mencampurkan makna statistik.

Pertama, yaitu Ibnu Arabi melihat bahwa al-Jannah (surga) berarti tirai, supaya selaras dengan konsep puasa yang merupakan perbuatan tersembunyi yang hanya diketahui Allah SWT. Karena, puasa adalah meninggalkan, bukan perbuatan yang berwujud, yang terlihat oleh mata, atau dilakukan anggota tubuh.

Menurut Ibnu Arabi, puasa tersembunyi dari selain Allah SWT. Tidak ada yang mengetahui orang yang berpuasa kecuali Allah SWT. Orang yang berpuasa disebut oleh syariat dengan shaim, bukan jai’ (orang yang lapar).

Kedua,  yang dimaksud “pintu-pintu neraka ditutup” dalam hadits tersebut adalah api neraka memakan sebagian lainnya dan tingkat panasnya berlipat ganda. 

Begitupun orang yang berpuasa pintu api naturalnya ditutup untuk makan dan minum, sehingga api hasratnya untuk makan dan minum menjadi kuat.

Baca juga: Pujian Rakyat Negara Arab untuk Indonesia Terkait Piala Dunia U-20, Terhormat!

“Dengan demikian, Ibnu Arabi membuat keserupaan antara sifat neraka jahanam dan sifat alami manusia,” kata Karam Amin.

Ketiga, “di belenggunya setan” di dalam hadits itu menunjukkan sifat hamba orang yang berpuasa menjadi yang dekat kepada Allah SWT dengan sifat shamdaniya,  yaitu hamba yang mencoba untuk menghilangkan sifat hamba yang Allah belenggu seperti setan.

“Sehingga Allah SWT memberikan maqam kedekatan dan menyerupaikan dengan ibadah yang tidak ada bandingnya yaitu puasa,” jelas Karam Amin.   

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler