Kemajuan Perkeretaapian dan Kemegahan Stasiun di Bandung Raya
Perkeretaapian di Bandung Raya mampu mengatasi masalah transportasi kaum penglaju (komuter) di Bandung Raya.
Pembangunan infrastruktur perkeretaapian di Bandung Raya khususnya dan di Indonesia pada umumnya mengalami kemajuan yang luar biasa. Kemajuan perkeretaapian terlihat di Rancaekek Kabupaten Bandung, yang kini boleh dikatakan sebagai tali pusar atau titik simpul karena di daerah ini kini menjadi lintasan dan persilangan infrastruktur perkeretaapian, yakni KA komuter, KA jarak jauh, KA Bandara Kertajati, Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC).
Daerah Rancaekek yang dulunya pinggiraan dengan persawahan yang luas serta kerap menjadi langganan banjir, kini memiliki stasiun KA komuter yang teramat megah berkelas dunia, layaknya stasiun di negara maju. Pembangunan stasiun dibarengi dengan pembangunan rel ganda atau jalur ganda (double track ). Jalur ganda inilah yang selama ini menjadi impian penglaju Bandung Raya.
Stasiun megah tidak hanya di Stasiun Rancaekek, tetapi hampir semua stasiun KA di Bandung Raya, yang menjadi wilayah kerja Daops II PT KAI, telah dibangun stasiun yang super keren, seperti Stasiun Rancaekek. Stasiun-stasiun kecil yang selama ini ditengah rawa, seperti Stasiun Haurpugur, Cimekar kini telah menjadi stasiun yang super megah, gedung utama stasiun dan emplasemen, peron yang luas serta digitalisasi sistem persinyalan yang canggih. Stasiun-stasiun lama seperti Kiara Condong, Gedebage, Cicalengka, Padalarang dan Cimahi juga dalam proses renovasi besar-besaran.
Teristimewa untuk Stasiun KA Rancaekek, kini menjadi besar,megah, luas dan menjadi konektivitas perhubungan dan logistik yang modern. Masyarakat Rancaekek dan sekitarnya berharap agar KA jarak jauh atau antar provinsi secara rutin berhenti dan naik turun penumpang di stasiun Rancaekek. Stasiun ini sudah pantas berstatus sebagai stasiun besar yang melayani naik dan turun penumpang KA jarak jauh. Tentunya stasiun ini menjadi landmark bagi Kabupaten Bandung. Kedepan disekitar stasiun ini juga bisa menjadi wahana untuk kegiatan seni, budaya dan produk lokal. Juga punya potesi sebagai infrastrukur logistik yang menggerakkan perekonomian daerah.
Stasiun KA Rancaekek dan Stasiun KCIC yang berada di Kabupaten Bandung adalah manifestasi jiwa Ascensia Recta dari Presiden Jokowi, yakni jiwa pembangunan dan konseptor besar yang berhasil mewujudkan pembangunan nyata yang luar biasa, seperti sinarnya bintang besar ( Ascensia Recta). Perkeretaapian di Bandung Raya mampu mengatasi masalah transportasi kaum penglaju (komuter) di Bandung Raya. Pada era Presiden Soeharto, masyarakat Rancaekek dan sekitarnya mendapat hadiah pembangunan berupa stasiun kecil, yang letaknya pas di depan Perumnas Bumi Rancaekek Kencana (Buraken).
Sayang seribu sayang, kini stasiun sudah megah, besar dan canggih, juga sudah double track, Namun, jumlah rangkaian kereta api ternyata masih kurang. Selama puluhan tahun publik dilayani oleh KRD bekas hasil hibah dari Jepang yang telah berjasa puluhan tahun melayani para penglaju dengan baik. Pernah ada tambahan satu rangkaian KA bernama Baraya Geulis buatan (rakitan) PT INKA, tetapi belum lama beroperasi ( kurang dari satu tahun), si Baraya Geulis menghilang tanpa bekas dan tidak lagi beroprasi, karena sering mogok dan mengalami kerusakan di tengah perjalanan. Masyarakat Bandung Raya berharap kepada pemerintah agar rangkaian KA komuter ditambah. Publik berharap datangnya rangkaian KRD bekas dari Jepang untuk melayani relasi Padalarang-Bandung-Rancaekek-Cicalengka hingga Kota Garut.
Perkembangan perkeretaapian di Bandung Raya, merupakan momentum untuk mengintegrasikan simpul-simpul infrastruktur logistik, baik simpul logistik (logistics node) maupun keterkaitan antar simpul logistik (logistics link) yang berfungsi untuk menyalurkan barang dari titik asal ke titik tujuan.
Modernisasi bangunan stasiun KA perlu penerapan konsep one stop building. Dalam arti manajemen jalan kereta api yang terdiri dari beberapa emplasemen dari segala aspek sudah memenuhi standar kualifikasi, baik teknis maupun ekonomis.Sehingga kapabilitas stasiun dapat dikembangkan sesuai dengan beban dan aliran massa untuk jangka panjang. Setelah itu baru dikembangkan prasarana fisik penunjang yang lain seperti dalam pola-pola umum one stop building baik untuk kegiatan ekonomi, kebudayaan dan logistik. Pola tersebut diatur dan dikendalikan dalam sebuah sistem building management. Stasiun perlu memiliki quality management yang baik dan terukur. Karena dengan quality management system yang baik, setiap unit kerja di stasiun akan berusaha untuk menerapkan kontrol mutu dan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Kompleksitas jalur logistik bisa diatasi lewat peran logistik KA. Apalagi PT KAI memiliki infrastruktur logistik dan gudang atau bangunan yang bisa berperan sebagai proses insourcing produk atau komoditas. Sehingga memiliki kemampuan distribusi yang cepat kepada masyarakat. Saatnya memerankan sistem logistik KA hingga ke dermaga pelabuhan, bandara dan pusat komoditas tertentu.
Saatnya PT KAI menjadi tulang punggung logistik nasional. Pemerintah perlu membantu PT KAI agar infrastruktur logistiknya, seperti terminal peti kemas bisa hidup kembali. Seperti contohnya Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB) Gedebage yang selama ini kondisinya