Armada Masih Cukup Jadi Alasan Kemenko Marves Tolak PT KCI Impor Kereta Bekas
Kata Septian, kelebihan kapasitas penumpang KRL Commuter Line hanya saat peak hour.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah resmi menolak rencana PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) untuk mengimpor rangkaian kereta bekas dari Jepang. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto menjelaskan, ada empat alasan mengapa kebijakan impor rangkaian bekas ditolak.
Selain itu, pihaknya juga berpijak dari hasil kajian Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Menurut dia, hasil review BPKP menyebut, saat ini jumlah armada KRL Commuter Line yang beroperasi terbilang masih mencukupi melayani penumpang.
Total sebanyak 1.114 unit, tidak termasuk 48 unit yang aktiva tetap diberhentikan dari operasi dan 36 unit yang dikonversi sementara. Dengan jumlah armada sebanyak itu, Kemenko Marves menganggap PT KCI belum perlu memaksakan impor kereta bekas.
"Overload (kelebihan kapasitas) ini memang terjadi pada jam-jam peak hour (puncak). Namun secara keseluruhan okupansi 2023 sebesar 62,75 persen. Pada 2024 diperkirakan masih 79 persen dan 2025 sebesar 83 persen. Ini data dari BPKP," ucap Septian saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (6/4/2023).
Berdasarkan laporan review BPKP juga disebutkan pada 2019, jumlah armada yang siap guna sebanyak 1.078 unit. Jumlah itu mampu melayani 336,3 juta penumpang sepanjang tahun. Sedangkan pada 2023 dengan jumlah penumpang diperkirakan 273,6 juta, dengan armada sebanyak 1.114 unit.
"Jadi 2023 armadanya lebih banyak, tapi estimasi penumpangnya tetap jauh lebih sedikit dibandingkan 2019, yang jumlah armadanya lebih sedikit," ujar Septian.
Sebelumnya, PT KCI berkeinginan untuk mengimpor KRL Commuter Line bekas dari Jepang. Hal itu dilakukan untuk menggantikan armada yang dipensiunkan pada tahun ini dan tahun depan.
KCI sebenarnya sudah berupaya mencari pengganti armada tersebut dengan memesan ke PT Industri Kereta Api (Inka). Tapi, Inka membutuhkan waktu dan belum bisa memenuhi tenggat permintaan sesuai yang diinginkan KCI. Alhasil, pilihan jatuh kepada pengadaan kereta bekas dari negeri Matahari Terbit yang dikenal andal dan perawatannya mudah.