Jepang Menandatangani Pengembangan Rudal Jarak Jauh

Jepang berencana menaikkan anggaran militernya hingga dua kali lipat dalam lima tahun

Minoru Iwasaki/Kyodo News via AP
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Kementerian Pertahanan Jepang mengumumkan telah menandatangani kontrak senilai 380 miliar yen atau 2,8 miliar dolar AS dengan kontraktor pertahanan Mitsubishi Heavy Industries.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kementerian Pertahanan Jepang mengumumkan telah menandatangani kontrak senilai 380 miliar yen atau 2,8 miliar dolar AS dengan kontraktor pertahanan Mitsubishi Heavy Industries. Kesepakatan ini untuk membangun dan memproduksi massal rudal jarak jauh yang akan siap dipakai pada tahun 2026.

Baca Juga


Kesepakatan tersebut dicapai saat Jepang semakin khawatir dengan meningkatnya kekuatan militer Cina. Pada Selasa (11/4/2023) Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kontrak ini termasuk memperkuat rudal Tipe 12 Mitsubishi yang diluncurkan dari laut, darat dan udara serta rudal balistik hipersonik untuk pertahanan pulau-pulau terpencil.

Kementerian mengatakan produksi massal rudal darat-ke-laut Tipe 12 dan rudal hipersonik yang sudah dikembangkan, akan dimulai tahun ini. Pemerintah menolak mengungkapkan berapa rudal yang rencananya akan Jepang kerahkan tapi mengindikasi produksinya akan naik secara bertahap dalam lima tahun ke depan.

Kementerian menambahkan karena keterbatasan lahan, Jepang berencana untuk menggelar tes rudalnya di pangkalan militer di Amerika Serikat (AS). Kontrak lain untuk mengembangkan rudal jarak jauh anti-kapal yang diluncurkan dari kapal selam akan dimulai tahun ini dan sampai tahun 2027. Pemakaiannya masih belum diputuskan.

Rencana pengembangan senjata ini sesuai dengan Strategi Keamanan Nasional Jepang yang baru yang diumumkan pada Desember lalu. Negeri Sakura hendak meningkatkan kekuatan militernya untuk mencegah potensi ancaman dari Cina, Korea Utara dan Rusia.

Strategi baru tersebut mencakup mengembangkan kemampuan serang preemtif. Terobosan yang menjauhkan Jepang dari komitmen pasca Perang Dunia II yang membatasi kemampuan militernya hanya untuk pertahanan.

Jepang sudah memperkuat pertahanan di barat daya dan baru-baru ini menempatkan unit-unit rudal di pulau-pulau terpencil sebagai pencegahan bila terjadi peristiwa darurat yang melibatkan Taiwan. Tapi warga Okinawa terpecah mengenai langkah tersebut karena khawatir terlibat dalam konflik.

Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan Jepang juga membeli 400 rudal jelajah jarak jauh Tomahawk dari AS yang mampu menjangkau target hingga 1.600 kilometer. Pengerahannya akan dimulai tahun 2026. Rudal Tomahawk mengisi kekosongan sementara Mitsubishi memperkuat dan menambah rudal-rudal jarak jauh Jepang.

Negeri Sakura berencana menaikkan anggaran militernya hingga dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Mencapai sekitar 43 triliun yen atau 315 miliar dolar AS.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler