Pengamat Nilai Koalisi Besar Tenggelamkan Popularitas Golkar

Koalisi besar dinilai meminggirkan peran Golkar sebagai salah satu parpol besar.

Dok Golkar
Pengurus DPD Partai Golkar Jabar siap menangkan Airlangga Hartarto menjadi Presiden 2024.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti menyebutkan bahwa keberadaan koalisi besar justru menenggelamkan popularitas Golkar. Koalisi Besar adalah wacana penggabungan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Baca Juga


"Saya sih kalau Golkar agak ogah-ogahan dengan koalisi ini, saya bisa memahaminya karena koalisi besar ini justru seperti menenggelamkan Golkar dalam koalisi ini," ujar Ray dalam diskusi bertajuk 'Koalisi Besar untuk Siapa: Ganjar atau Prabowo?' di Jakarta, Jumat (14/4/2023).

Menurut dia, partai berlogo pohon beringin itu telah kehilangan daya tariknya karena saat ini magnetnya berada pada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan partainya. Untuk itu, Ray merasa wajar apabila Golkar kini menunjukkan gelagat agak ogah-ogahan.

Wacana koalisi besar merupakan gagasan penggabungan dua koalisi, yakni KIB dan KKIR. KIB adalah gabungan Golkar, PAN, dan PPP, sementara KKIR gabungan parpol Gerindra dan PKB, sedangkan KIB gabungan Golkar, PAN, dan PPP.

"Dalam satu minggu ini isunya sudah berpindah dari Golkar ke Gerindra dan Prabowo. Padahal, kan sebelumnya Nasdem, sudah mulai keluar dari lingkaran Istana Pak Airlangga yang seperti dijadikan garda depan dari partai-partai pendukung Pak Jokowi," katanya.

Momen saat Nasdem keluar dari kabinet turut mendorong Golkar menjadi garda depan dari partai pendukung pemerintah. Hal ini juga membuat Airlangga didatangi banyak ketua umum partai politik karena dianggap magnet baru setelah Surya Paloh.

Ray melihat KIB tanpa koalisi besar yang dipimpin oleh Golkar sudah memiliki daya tawar sangat kuat sebabAirlangga juga semula dinilai berpotensi menjadi calon wakil presiden (capres) siapa pun calon presiden (capres) KIB.

"Sekarang itu tenggelam karena kemudian yang menguat itu adalah Gerindra dengan Prabowo," tambah dia.

Selain itu, dia mengatakan bahwa, Prabowo akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dengan menjadi capres. Adapun berbagai lembaga survei telah memperlihatkan peningkatan elektabilitas yang fantastis dari Prabowo.

"Koalisi besar ini meminggirkan peran Golkar menurut saya. Oleh karena itu, mereka akan berpikir keras apakah koalisi besar ini dilanjutkan atau tidak," imbuh Ray.

 

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler