Cendekiawan Muslim Mauritania: Lawan Israel dengan Segala Cara

Israel dinilai mencederai kesucian Masjid Al Aqsa selama Ramadhan

AP Photo/Mahmoud Illean
Seorang polisi wanita Israel menarik seorang jamaah wanita yang sedang duduk di tanah di kompleks Masjid Al-Aqsa setelah penggerebekan di lokasi tersebut pada bulan suci Ramadhan di Kota Tua Yerusalem, Rabu (5/4/2023) .
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Kelompok cendekiawan Muslim Mauritania terkemuka telah mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan Israel terhadap jamaah di Masjid Al Aqsa di Yerusalem selama bulan suci Ramadhan. Mereka mengecam solusi tidak masuk akal untuk mengakhiri pendudukan Israel.

Baca Juga


Bagi cendekiawan Muslim Mauritania, perjuangan agama yang disebut dengan jihad itu adalah satu-satunya solusi. Jihad yang dimaksud adalah yang dapat melibatkan berbagai bentuk tindakan, termasuk dukungan ekonomi bagi rakyat Palestina, advokasi dan berbicara menentang pelanggaran Israel.

"Tugas umat Islam adalah advokasi dan dukungan, dan dukungan dalam segala bentuknya, dan mengecam kejahatan penjajah dengan segala cara yang memungkinkan dan tersedia," kata pernyataan itu, seperti dilansir The New Arab, Jumat (14/4/2023).

Mereka juga menuduh komunitas internasional terlibat dalam pelanggaran Israel terhadap Palestina, dan juga mengutuk upaya beberapa negara untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Di antara lusinan penandatangan surat tersebut adalah Sheikh Muhammad al-Hassan bin al-Dido, seorang sarjana Mauritania dengan pengikut internasional yang signifikan.

Pasukan Israel dan kelompok pemukim telah melakukan serangan rutin di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Masjid ini dianggap sebagai situs tersuci ketiga Islam. Penggerebekan berlanjut hingga Ramadhan, dengan pasukan Israel menyerang dan menangkap jamaah di dalam masjid.

Ratusan kelompok ekstrimis pemukim Israel telah melakukan serangan provokatif di situs tersebut, setelah menyerbu situs tersebut pada hari Selasa pada hari keenam Paskah.

Pada Senin lalu, lebih dari 1.000 orang Israel menyerbu halaman Al Aqsa dan melakukan ritual keagamaan yang melanggar pengaturan status quo, yang melarang sholat di tempat suci bagi umat Islam. Beberapa ekstremis ingin menghancurkan Al Aqsa dan membangun kuil Yahudi sebagai gantinya.

Baca juga: 6 Fakta Seputar Saddam Hussein yang Jarang Diketahui, Salah Satunya Anti Israel  

Mauritania tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sejak 2009, dan sering mengutuk Tel Aviv atas kekerasannya terhadap warga Palestina. Awal bulan ini, menteri luar negeri Mauritania menegaskan dukungan negaranya untuk Palestina melalui panggilan telepon dengan mitranya dari Iran.

Namun, Israel menargetkan Mauritania dalam upayanya untuk menormalisasi hubungan dengan lebih banyak negara Afrika menyusul kesepakatan dengan Maroko dan Sudan dalam beberapa tahun terakhir, menurut laporan bulan lalu.

Pada 2021, Mauritania membantah laporan media bahwa pihaknya melakukan kontak dengan Israel untuk menormalisasi hubungan antara kedua negara.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler