Mudik, Itu Saja ..!
Mudik habis-habisan, alpa pada keseimbangan ...
“Masihkah kata mudik menghiasi kamus hidup ini, kawan ..?”
Lantaran masih tergores dalam kamus hidup, agenda serta rencana yang mentradisi, membudaya, berujung dan bersiklus dalam saban tahunnya
Pulang kampung dari titik udik selatan kampung, lalu menjadi hilir mudik
Dan, tak sebatas itu perguliran jalannya
Meledak meluas merambah seantero negeri mewujud sebagai fenomena
Memadu kasih berhiaskan cinta membuta dalam rupa irama lebaran
Bersinggungan pula dengan penanda hari raya selainnya lantaran dipercaya di atas keyakinannya
Adalah karena masih merasa sebagai insan rantau yang bermula dari udik bertaruh menuju hilir
Karenanya tradisi yang membudaya itu, meneteslah sejumput demi sejumput lalu membongkah
Risiko, insiden, waktu, tenaga, daya biaya tak lagi mengusik pikiran dan pertimbangan
Demi nilai yang harus ditempuh dengan harga juang dan pengorbanan
Dari manakah semua itu bermula?
Berpatron atas konsepsi apakah semua itu dijalankan?
Mudik habis-habisan, alpa pada keseimbangan ...
*****
Kota Malang, April di hari ketujuh belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga,