Silang Pendapat Pengamat Soal Narasi Jokowi Duetkan Ganjar-Prabowo
Jokowi menyebut tokoh-tokoh potensial menjadi cawapres Ganjar, termasuk Prabowo.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Fauziah Mursid, Antara
Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menilai narasi Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dijadikan sebagai calon wakil presiden (cawapres) aneh. Menurutnya, ada pertanyaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diputarbalikkan.
"Kalau dicermati secara lebih seksama, Presiden dalam momen itu tidak mengatakan nama Prabowo Subianto cocok sebagai bakal calon wakil presiden bagi Ganjar," ujar Bawono lewat keterangannya, Senin (24/4/2023).
Narasi Prabowo yang diposisikan sebagai cawapres dinilainya sangat aneh. Sebab elektabilitas Prabowo dengan Ganjar terus bersaing, ditambah Menteri Pertahanan itu memiliki pengalaman pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan 2019.
"Merupakan hal sangat aneh dan juga tidak baik dari segi kepantasan dan juga gengsi politik, apabila setelah maju sebagai calon presiden dalam dua pemilihan presiden terdahulu lalu kemudian maju sebagai calon wakil presiden di pemilihan presiden mendatang," ujar Bawono.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai tawaran kepada Prabowo Subianto sebagai cawapres Ganjar Pranowo seperti sebuah penghinaan. Menurutnya, penghinaan ini tidak hanya pada dirinya, tapi juga kepada Partai Gerindra.
"Seolah-olah posisi Prabowo dinilai di bawah Ganjar. Padahal elektabilitas mereka bersaing ketat. Bahkan belakangan ini elektabilitas Prabowo lebih tinggi daripada Ganjar," ujar Jamiluddin dalam keterangannya, Ahad (23/4/2023).
Menurutnya, Gerindra juga akan merasa terhina bila Prabowo hanya dianggap layak sebagai cawapres. Padahal, elektabilitas Gerindra juga cukup tinggi. Sehingga posisinya masih bersaing ketat dengan elektabilitas PDIP sehingga layak mencapreskan Ketumnya Prabowo.
Karena itu, dia menilai jawaban Prabowo yang menolak secara halus saat ditawarkan menjadi cawapres Ganjar menjadi tamparan bagi pihak yang ingin mendegradasikan dirinya menjadi cawapres. Jamiluddin juga menilai, jawaban itu menegaskan posisinya yang sudah dicapreskan Partai Gerindra dan partainya kini sudah kuat.
"Jawaban Prabowo itu sekaligus tamparan bagi pihak-pihak yang ingin mendegradasikan dirinya menjadi cawapres. Prabowo dengan jawaban itu ingin mengatakan dirinya ada di level capres," ujar Jamiluddin.
Jamiluddin juga menilai, Prabowo juga ingin menegaskan partainya sangat kompetitif untuk mengusung dirinya sebagai capres. Dia juga meyakini partai dapat bersaing dengan PDIP pada Pileg dan Pilpres 2024.
"Jadi, tidak ada alasan apapun yang dapat digunakan untuk menjustifikasi Prabowo menjadi cawapresnya Ganjar. Prabowo bersama Ganjar dan Anies Baswedan sama-sama layak menjadi capres. Sebab tiga nama ini punya elektabilitas yang sama-sama tinggi," ujarnya.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menilai ada upaya Presiden Jokowi untuk menduetkan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto sebagai pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024.
"Karena posisi Ganjar sudah jelas sebagai capres dan didukung juga oleh Jokowi, maka dukungan Jokowi terhadap Prabowo menurut saya adalah upaya untuk mengajak Prabowo jadi pasangan Ganjar sebagai cawapres," katanya dalam keterangantertulis di Jakarta, Ahad (23/4/2023).
Menurut Djayadi, upaya Jokowi untuk menggaet Prabowo sudah terlihat selama lima bulan terakhir. Jokowi seolah meng-endorse Prabowo melalui keakraban keduanya dalam komunikasi yang intens saat pertemuan-pertemuan terakhir.
"Diperkirakan tadinya Prabowo potensial menjadi capres, tetapi kalau melihat situasi sekarang, tidak mungkin Jokowi sebagai kader PDIP dan dia sudah menyatakan dukungan yang tegas soal Ganjar sebagai capres di pengumuman. Tidak mungkin Jokowi mengubah posisinya dari mendukung Ganjar menjadi capres berubah mendukung Ganjar menjadi cawapres. Kan nggak mungkin, sulit," jelas Djayadi.
Dia menambahkan, Jokowi tampak seperti sosok yang akan menjadi perantara untuk menjembatani rencana koalisi partai-partai dalam pengusungan capres-cawapres. Sehingga, dia tidak menampik kemungkinan besarnya kans antara Ganjar-Prabowo menjadi pasangan di pilpres mendatang.
"Soal diterima atau tidak itu kan soal perkembangan dinamika politik ke depannya. Jadi kalau kita bicara soal apakah ada kans Prabowo jadi cawapres Ganjar, ada kans nya. Tergantung apakah Jokowi bisa meyakinkan Pak Prabowo soal itu. Dan tentu nanti akan tergantung kepada bagaimana perjanjian antara Prabowo dengan Ganjar dan PDIP," katanya menegaskan.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut, bahwa Prabowo merupakan salah satu tokoh potensial untuk menjadi bakal calon wakil presiden bagi Ganjar. Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi usai melaksanakan shalat Id di Masjid Syeikh Zayed, Kota Solo, Jateng.
"Nah termasuk Pak Prabowo (bacawapres potensial Ganjar)," katanya.
Jokowi pun meminta masyarakat bersabar menunggu keputusan nama-nama bacawapres yang nantinya akan diumumkan oleh partai. Sebagai informasi, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dibuka mulai 19 Oktober 2023 sampai dengan 25 November 2023.
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani menegaskan, bahwa partainya telah menggelar rapat pimpinan nasional (Rapimnas) pada Agustus 2022. Hasil dari forum tersebut adalah mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai bakal capres untuk Pilpres 2024.
"Keputusannya adalah Pak Prabowo calon presiden, bukan (calon) wakil presiden. Tentu saja kader Partai Gerindra mendorong, berjuang mempersiapkan diri sepenuhnya untuk memperjuangkan beliau dan akan berjuang 2024 Pak Prabowo jadi presiden," tegas Muzani di Rumah Dinas Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Jakarta, Ahad.
Ia tak menampik adanya omongan-omongan untuk menjadikan Prabowo sebagai cawapres. Termasuk menjadi pendamping dari bakal capres yang diusung PDIP, Ganjar Pranowo.
"Bahwa pernah ada omongan seperti itu, kami tidak menampik. Pernah ada omongan tentang Pak Prabowo menjadi (calon) wakil presiden yang ditawarkan, kami tidak menampik, omongan yah," ujar Muzani.
Kendati demikian, ia tak menjawab apakah omongan tersebut datang dari partai politik tertentu atau tidak. Muzani hanya menegaskan, Prabowo menjadi cawapres hanyalah sekedar omongan biasa.
"Itu omongan lepas saya kira yah, omongan-omongan lepas. Makanya kemudian, jadi sekali lagi Pak Prabowo adalah calon presiden Republik Indonesia dari Partai Gerakan Indonesia Raya, Gerindra," ujar Muzani.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Andre Rosiade pun menegaskan, partainya mendorong Prabowo Subianto untuk berkontestasi pada Pilpres 2024 sebagai capres. Hal tersebut merupakan keputusan Rapimnas Partai Gerindra pada Agustus 2022.
Terkait dinamika koalisi ke depan, komunikasi antara ketua umum partai politik disebutnya akan terus terjalin. Termasuk rencana Prabowo untuk bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
"Bicara dinamika koalisi ke depan, kita tunggu saja pertemuan para ketum yang akan bertemu. Termasuk rencana pertemuan Pak Prabowo dengan Bu Mega, kita tunggu saja," ujar Andre.
Pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDIP lantas dikaitkan terhadap wacana pembentukan Koalisi Besar pada kontestasi Pilpres 2024. Saat ditanyakan kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, ia pun memberikan jawabannya.
"Ya namanya politik, saya kira rakyat memang harus punya pilihan, itu demokrasi," ujar Prabowo, usai bertemu Presiden Jokowi di kediamannya di Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (22/4/2023).
Prabowo mengungkapkan, hingga saat ini dirinya masih memantau dinamika politik yang berkembang. Namun, ia menegaskan yang paling penting adalah semua demi kepentingan negara dan rakyat.
Ia juga mengungkapkan bahwa deklarasi Ganjar adalah hal yang lumrah. Disinggung bagaimana komunikasinya setelah Ganjar jadi bakal capres dengan ketum parpol lainnya di koalisi besar, ia mengaku hal itu terus berlangsung.
"Berjalan terus, komunikasi berjalan terus," katanya.