Gempa Magnitudo 7,3 Kepulauan Mentawai Dirasakan di Tujuh Kota/Kabupaten
BMKG menyatakan potensi gelombang tsunami diakhiri pada pukul 05.17 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa bumi berskala magnitudo 7,3 yang mengguncang wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, pada Selasa (25/4) dini hari pukul 03.00 WIB dirasakan di tujuh wilayah kabupaten/kota.
Laporan sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dirangkum Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per pukul 05.20 WIB, guncangan gempabumi yang berpusat di 0.93 LS dan 98.39 BT pada kedalaman 84 kilometer itu dirasakan paling dekat dari Kabupaten Kepulauan Mentawai, selama 3 --- 5 detik sehingga menyebabkan masyarakat panik dan keluar rumah.
"Sebagian besar warga Kecamatan Siberut Barat, Kecamatan Siberut Barat Daya dan Kecamatan Siberut Utara mengungsi ke lokasi aman di dataran yang lebih tinggi dari perairan. Pada saat kejadian gempa bumi, hujan turun sangat lebat dan arus listrik padam," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran pers BNPB, Selasa (25/4/2023).
Sementara sampai saat ini tim BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai terus melakukan monitoring. Selanjutnya gempa dirasakan dari Kota Padang, guncangan gempabumi dirasakan kuat selama kurang lebih 30 detik.
Muhari menyebut, saat kejadian gempa, dinding berderik, lampu gantung bergoyang dan beberapa benda yang berada di atas meja ada yang jatuh. Masyarakat sempat merasa panik dan keluar rumah, namun cukup terkendali dan memilih mengungsi menjauhi laut.
Namun, hingga pukul 03.59 WIB tidak terlihat adanya kondisi tidak normal air laut dan belum terpantau adanya kerusakan bangunan."Saat ini bersama tim BPBD setempat terus melakukan asesmen dan monitoring di lapangan," kata Muhari.
Kemudian dari Kabupaten Pasaman Barat juga melaporkan adanya guncangan kuat selama 3-5 detik pada saat terjadi gempabumi. Akan tetapi hal itu tidak membuat masyarakat panik dan kondisi terpantau aman terkendali. Sementara itu BPBD Kabuaten Pasaman Barat sedang melakukan monitoring di lapangan.
Adapun situasi berbeda dilaporkan dari dan Kabupaten Padang Pariaman. Menurutnya, masyarakat di sana sempat panik dan keluar rumah setelah merasakan guncangan gempabumi selama 3-5 detik. BPBD Kabupaten Padang Pariaman masih melalukan monitoring.
Hal serupa juga dialami masyarakat di Kabupaten Agam. Guncangan gempabumi dirasakan kuat selama 3 --- 5 detik dan membuat masyarakat panik dan keluar rumah.
"Sebagian warga di Nagari Tiku Selatan dan Nagari Tiku V Jorong di Kecamatan Tanjung Mutiara memilih mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Sampai saat ini BPBD Kabupaten Agam terus melakukan monitoring lapangan," ujarnya.
Berikutnya guncangan gempabumi dirasakan kuat selama 3-5 detik di Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatra Utara. Atas guncangan itu, masyarakat di Kota Teluk Dalam mengungsi ke lokasi yang aman sesuai rekomendasi BPBD Kabupaten Nias Selatan.
Dari hasil pantauan di Pelabuhan Teluk Dalam, air sempat surut dan tidak normal seperti biasa. Namun, sampai saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan dan tim BPBD Kabupaten Nias Selatan terus melalukan asesmen dan meminta masyaralat tetap waspada.
Wilayah terakhir yang merasakan guncangan gempabumi adalah Kota Gunung Sitoli, Sumatra Utara. Masyarakat sempat panik dan keluar rumah setelah merasakan guncangan selama 10-15 detik, namun tidak ada yang mengungsi. BPBD Kota Gunung Sitoli melakukam monitorinh lapangan sambil memberikan himbauan kepada masyarakat setempat.
Muhari juga mengatakan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah menyatakan potensi gelombang tsunami diakhiri pada pukul 05.17 WIB.
Sementara itu BMKG juga mencatat adanya gempabumi susulan berskala magnitudo 5 pada kedalaman 12 kilometer. Gempabumi susulan itu terjadi pada pukul 05.19 WIB atau selang dua jam setelah gempa sebelumnya.
"Sebagai bentuk antisipasi masyarakat terhadap potensi dan ancaman bencana yang dapat ditimbulkan oleh gempabumi, maka BNPB mengajak masyarakat agar tidak perlu panik namun tetap meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi gempabumi susulan," katanya.
BNPB juga mengimbau agar masyarakat dapat memastikan jalur evakuasi keluar dari rumah tidak terhalang oleh benda dengan ukuran besar seperti lemari, meja, kulkas dan sebagainya.
Di samping itu, bagi masyarakat agar dipastikan tidak ada barang-barang besar seperti lemari, kulkas, meja dan lain-lain yang bisa menghalangi proses evakuasi keluar rumah saat terjadi gempa.
"Khusus bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, perhatikan apabila terjadi gempabumi yang berlangsung lebih dari 30 detik, maka diharapkan untuk segera menuju ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terjadinya tsunami," katanya.